Powered by Blogger.

Just a Little Stories

sekedar caraku untuk mengerti apa itu hidup? untuk apa aku hidup? dan seperti apa aku menjalani hidup..

Image By Google

Jadi gini..Tadi ada temen curhat ke gue, katanya pusing banyak masalah. dia bilang " Rasanya Gue pengin mati aja kalo begini terus, ninggalin dunia dengan segala tai kebonya dan menuju alam akhirat dengan bahagia," katanya..Gue nggak nasihatin dia, karena gue tau terlepas dari benar atau salah ada saat-saat tertentu dalam hidup ini dimana kita berada di titik terendah dan merasa seakan nggak mampu buat bangkit lagi walaupun sebenernya bisa. karena gue juga pernah menjadi labil gitu .

Setelah itu gue mikir, hidup emang nggak gampang, nggak buat siapapun. cuma Alam kan emang seimbang,  Hitam tercipta agar putih tak sia2, sakit tercipta agar kita tau nikmatnya bahagia.

Untuk terlahir di dunia manusia melewati proses yang begitu panjang, mulai dari 1 Sperma yang harus bersaing dengan 300 juta sperma lainnya untuk bisa bertemu dengan sel telur, hidup dalam kandungan, lahir, dan pada saatnya nanti tanpa di minta pun kita akan mati. iyaa, gue rasa semua ini hanya tentang berproses, bahkan hidup ini pun adalah bagian dari proses. The Panas Dalam dalam lagunya yang berjudul introspeksi berujar " Hidup adalah waktu tersisa,Diisi sebelum kalah". 

Dalang Ki Nanang Hape juga bilang "Peristiwa biasa untuk orang biasa. Peristiwa besar untuk mereka yang sanggup jadi besar." lalu kenapa nggak kita coba aja buat anggep segala rasa sakit yang sedang kita rasain ini juga bagian dari proses? anggaplah kita ini kepompong yang sedang berjuang untuk menjadi kupu-kupu, karena di dunia ini nggak ada yang benar-benar berhenti, segalanya bergerak, segalanya berubah.. bahkan kebahagiaan pun adalah proses, bukankah ketika rayap mulai tumbuh sayap,dia justru sedang dan akan segera mati??..iya, membingungkan memang, tapi kita nggak perlu kaget karena dunia ini adalah kumpulan keping demi keping paradoks, makanya orang tua kerap berpesan, Ojo Gumunan, Ojo kagetan, Eling lan waspodo.. Berhati-hatilah..

Dan pada akhirnya hidup hanya tentang bagaimana kita akan kembali, apakah dengan baik-baik, meninggalkan hal yg baik-baik dan membawa yg baik-baik?? Semoga..
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
                                                                               Image By Google

Pagi ini, gue tersenyum-senyum karena percakapan dengan seorang teman, dia bilang ' dulu kamu nakal' dan kata-kata itu langsung ngebawa gue flashback ke masa 5-6 Tahun silam.

Tulisan ini bukan klarifikasi, tapi gue sekedar ingin berbagi, bahwa gue pernah mengalami banyak hal dan berharap apapun itu bisa menjadi pelajaran yang berguna untuk orang lain.

Bermula ketika 5 Tahun lalu gue baru pulang dari pesantren. Iya pesantren, rusak-rusak gini juga gue pernah merasakan indahnya hidup di pesantren, pernah jadi harapan orang tua gue agar menjadi anak sholeh yang berguna bagi nusa,bangsa dan agama..hehehe

Tapi harapan tinggallah harapan, keluar dari pesantren bukannya gue menjadi anak sholeh kebanggaan keluarga, gue malah terjerumus ke dalam pergaulan bebas, bukan terjerumus sih, tapi lebih tepatnya gue menjerumuskan diri. dan saat-saat itu mungkin menjadi saat-saat dimana gue menjadi anak yang paling mengecewakan buat bokap, tiada hari tanpa berantem sama beliau, kabur dari rumah, seminggu kemudian balik lagi, 2 hari di rumah, berantem lagi, kabur lagi, balik lagi, berantem lagi, kabur lagi..begitu seterusnya.

Gimana bokap nggak kesel sama gue? tiap hari adaa aja omongan nggak enak dari tetangga tentang gue, katanya gue bandel, nakal, troublemaker, suka berantem, dll.. disisi lain gue nggak ngerasa melakukan hal-hal yang di tuduhkan ke gue tersebut, makanya gue berang dan ngelawan ketika disalah-salahin. nyokap sampe nangis-nangis kalo ngeliat gue lagi berantem sama bokap dan ujung-ujungnya gue di usir dari rumah, ya walaupun ntar di cariin juga kalo udah berhari-hari gue nggak pulang.

Rasulullah SAW pernah bersabda : "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.”

Dan Hadits di atas mutlak benar, ibarat kebo sekandang, kalo satu kotor, maka yang lain pun akan ikut kotor, itu pula yang terjadi sama gue waktu itu, ketika orang nuduh gue bandel dan gue tanya balik sama mereka ' gue bandel? emang gue ngapain??' mereka nggak pernah bisa jawab, karena nyatanya gue nggak pernah ngapa-ngapain, gue cuma keseret dan ikut kena stigma buruk dari masyarakat gara-gara gue bergaulnya sama temen-temen gue yang emang hobi bikin masalah.

Tapi keputusan gue untuk terjun ke dalam pergaulan yang di nilai banyak orang salah itu gue anggap bukan sebagai kesalahan, melainkah sebuah pilihan hidup yang pada akhirnya mengajarkan gue banyak hal, sehingga gue nggak perlu menyesalinya.

Kalo orang bilang setiap hal pasti punya alasan, maka gue pun punya alasan untuk setiap hal yang gue putuskan, termasuk keputusan untuk terjun ke dunia itu.

Pada kala itu, di kampung gue masih jaman jahiliyah, tapi jahiliyah disini bukan karena orang-orangnya pada rusak semua, pada suka maksiat,dll,bukaaann..justru mayoritas penduduk kampung situ adalah orang-orang alim dan ahli ibadah. terus kenapa gue sebut jahiliyah?? kerena mereka masih suka mengkotak-kotakan banyak hal, dari mulai golongan, agama, dan status sosial.

Gue muak setiap hari di suguhi dengan pemandangan-pemandangan yang seharusnya nggak perlu terjadi, ribut-ribut khilafiyah, saling menyesatkan satu sama lain, saling menyalahkan, saling merasa paling benar sendiri, dan saling menjatuhkan antar tetangga.

Di saat generasi tua sedang berebut 'kebenaran' dan rasa hormat, generasi muda mulai merusak dirinya sendiri dengan banyak hal, macem-macem, dan mereka menjadi antipati serta jijik terhadap agama dan hal-hal baik lainnya, di mata mereka agama dan hal-hal baik itu cuma sumber keributan, sumber perpecahan, makanya mereka lebih memilih menikmati hidup ngawur asal solidaritas terjaga.

Gue bukannya sok bener, tapi jujur gue miris banget melihat keadaan waktu itu, gue bisa aja memilih jadi orang alim, jadi anak muda baik-baik yang sholeh dan sibuk ngajar ngaji, lalu setelah itu di jodohin sama anak pak haji. tapi gue nggak bisa ngeliat masyarakat memandang jijik kepada teman-teman masa kecil gue yang di anggap nakal itu. pun sebaliknya anak-anak yang semakin alergi terhadap kebaikan karena merasa tersisihkan.

buat gue waktu itu, nggak ada yang nggak bisa di perbaiki, terlambat mungkin, tapi itu lebih baik daripada enggak sama sekali. nasi udah menjadi bubur aja masih bisa di makan, masa anak-anak ini nggak bisa gue bawa ke arah yang mungkin lebih baik.

Mau lihat dasar laut maka kita harus menyelam, dan resikonya mungkin tenggelam. pun begitu dengan yang gue lakukan waktu itu, mau ngajak bener ya gue harus masuk ke kehidupan mereka, resikonya? terburuk gue kebawa arus dan ikut ancur, sementara resiko terkecil pun nggak kalah buruknya, gue ikut di cap nakal, dan itu berhasil gue rasain.

Tapi bukankah Untuk berkembangnya sebuah kebudayan, dibutuhkan seorang pemberontak?? dan gue pengin jadi pemberontak itu, gue pengin menghentikan budaya pengkotak-kotakan yang terjadi di kampung gue, gue pengin, orang-orang saling merangkul, yang udah bener nggak merasa paling bener, yang masih salah nggak anti terhadap kebenaran. itu aja sih..bukankah sesalah-salahnya kebenaran adalah merasa paling benar, dan sebenar-benar kesalahan adalah menyadari bahwa itu adalah kesalahan?

Gue pengin setiap orang nggak menuntut orang lain untuk menjadi sempurna, karena manusia sempurna adalah justeru yang memiliki kekurangan dan kelebihan, ya kan??

Banyak hal udah terjadi, keputusan-keputusan yang gue ambil emang seringkali salah, tapi dari kesalahan-kesalahan itu pula gue dapet pelajaran tentang banyak hal.. tentang ketegaran, rasa sakit, solidaritas, kerja keras,dll..
 
Gue tau gue nggak bisa mengubah kehidupan, tapi mungkin gue bisa sedikit mengubah cara pandang gue terhadap kehidupan. 

Selamat siang, di tulis di bekasi pada pukul 11.00 dengan segelas Es teh dan Bob Dylan yang bernyanyi malu-malu dari dalam komputer. Salam.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About Me

My photo
Moezaki Irkham
I'm forever blowing bubbles
View my complete profile

recent posts

Blog Archive

  • ►  2022 (2)
    • ►  April (2)
  • ►  2021 (1)
    • ►  September (1)
  • ►  2020 (1)
    • ►  June (1)
  • ►  2019 (4)
    • ►  April (4)
  • ►  2018 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2017 (1)
    • ►  October (1)
  • ►  2015 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2014 (3)
    • ►  September (1)
    • ►  January (2)
  • ▼  2013 (33)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ▼  September (2)
      • Paradoks
      • Flashback : Learning By Doing
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (3)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2012 (48)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (6)
    • ►  August (1)
    • ►  July (8)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (3)
    • ►  March (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2011 (59)
    • ►  December (3)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (8)
    • ►  July (4)
    • ►  June (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (9)
    • ►  February (9)
    • ►  January (8)
  • ►  2010 (48)
    • ►  December (3)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  August (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (15)
    • ►  January (11)
  • ►  2009 (61)
    • ►  August (23)
    • ►  June (20)
    • ►  May (18)

Contact Form

Name

Email *

Message *

Created with by ThemeXpose | Copy Blogger Themes