Secangkir Kopi Di Akhir Tahun
Secangkir kopi itu masih
utuh,tak ku sentuh sedikitpun,aku tak tega untuk merusaknya,aku hanya
meraba-raba bibir cangkirnya berharap senyum yang tergambar disana mulai
memudar lalu aku akan segera bisa menikmatinya..
Mall ini tak terlalu
ramai,ekslusifitas membuatnya hanya dimasuki oleh orang-orang yg merasa dan
mengaku dirinya sebagai 'sosialita'..dan aku?? "Lo tunggu aja di
cafe A,gw agak telat dikit,pesen apa aja yang lo mau,gw yang bayar" begitu
kata teman ku di telfon tadi sekaligus menjadikan alasan aku masuk ke dalam
mall dan cafe ini,dan berani memesan secangkir kopi yang bisa tersenyum..
Mungkin sedikit
norak,tapi jujur aku tak biasa melakukan pertemuan di tempat-tempat seperti
ini,di tempat dimana secangkir kopi bisa lebih mahal dari harga celana dalam..
Ada banyak orang di dalam
cafe ini,ntah apa tujuannya.. si gadis di ujung sana yang diam saja sambil
terus mengaduk isi cangkirnya..beberapa orang di sebelah kiri ku yang saling
tertawa lepas,dan 2 orang gadis di sebelah kanan ku yang sembari menghisap
dalam rokoknya terus menyebut nama 'Si Arman' si arman itu
begini,si arman itu begitu,dan blablabla...
Seandainya hidup secepat
hisapan rokok gadis-gadis tersebut -yang ku hitung sudah 5 batang mereka
habiskan dalam waktu kurang dari setengah jam- alangkah indahnya,aku tak perlu
cape-cape bekerja,tak perlu cape-cape memikirkan masa depan,mas kawin??
biaya pernikahan?? rumah?? kendaraan ?? deposito?? asuransi kesehatan?? tak
perlu lagi rasanya aku mendengar hal-hal itu dari mulut orang tua pacarku tiap
aku 'bertandang' ke rumahnya..
Tapi sudahlah,meskipun
kata pak ustadz juga hidup ini sementara,tapi tetap saja lama,selama aku
menabung untuk membeli laptop yang bertahun-tahun tapi tak kesampaian juga
sehingga akhirnya aku memutuskan kredit..hanjirrr..untuk membeli laptop yang
harganya sekarang begitu murah saja aku kredit,bagaimana aku bisa mengumpulkan
kekayaan sekitar 10 M seperti yang di gadang-gadang calon mertuaku?? hahaha..
Pada akhirnya,butuh
bertahun-tahun untuk menyadarkanku bahwa aku adalah laki-laki yang dilahirkan
dengan susah payah dan setelah itu di beri nama Langit..dengan harapan,sekuat
apapun goncangan yang terjadi di bumi,langit tak akan pernah runtuh..yaa..orang
tua ku tak ingin anaknya punya masalah dengan kepercayaan diri.. "Maju
terusss..langit itu di atas..kamu adalah Langit,yang jangkauannya tak
terhingga,dan dunia hanyalah sebutir debu kecil dibawah kakinya,kamu pasti bisa
melakukannya.." yaa,aku bisaa..mah..paah..
Sekarang mari kita
berbicara mimpi dan pencapaian..setiap akhir tahun seperti ini orang-orang biasanya melakukan evaluasi,berbicara tentang target,cita-cita,harapan dan sejenisnya. meskipun aku tak biasa membuat
hidup ku terlalu formal dengan malakukan evaluasi,tapi tak ada salahnya
mencoba..ya kan??
Ada beberapa hal besar
yang berhasil aku capai tahun ini,selain sebuah piala ntah berbahan apa yang ku
dapat dari memenangkan lomba karambol pada acara 17 agustusan,ikut pula
mewarnai kamar kost ku menempel di dinding selembar kertas berisi
cerpen..ya,itu adalah cerpen pertamaku yang berhasil di muat di sebuah majalan
beberapa bulan yang lalu..dan itu ku anggap sebagai pencapaian terbesar
sepanjang masa..bukannya aku cepat puas,sekedar penghargaan kepada diri
sendiri..mungkinkah Thomas Alfa edison berhasil menemukan hal-hal besar tanpa
menghargai hal-hal kecil yang ditemukan sebelumnya?? kurasa tidak..keberhasilannya
terbentuk dari penghargaan atas kegagalan-kegagalan dan pencapaian-pencapaian kecil yang dia
dapatkan..
Selebihnya? aku adalah
bajingan tengik yang menjalani hidup dengan stagnan di depan computer.
Ah tapi jangan anggap aku
tak punya mimpi dan harapan di tahun depan..seandainya kiamat batal
terjadi,maka aku ingin pergi ke kuba,menghisap cerutu bersama fidel castro,dan
ke jamaica,ikut memanen ganja dan membawanya ke afrika selatan,untuk kemudian
menghisapnya bersama nelson mandela..
***
Aku mulai muak dengan
atmosfer di tempat ini,mereka menyebutnya ekslusif,berkelas,atau ntah apa lagi
namanya..tapi yang aku rasakan adalah dingin,angkuh..tempat ini benar-benar tak
lebih baik dari kedai kopi mang akim,yang aku akan dengan nyaman menghabiskan
tiap malamku disana,menulis sambil sesekali tertawa bersama supir-supir
angkot,mendengar caci maki mereka kepada gubernur yang tak kunjung juga
membenahi macet,dan membahas tentang sepak bola..tidak seperti disini,obrolan
orang-orang yang ku dengar seputar hermes,louis vuitton,katty perry,kristen
stewart dan banyak lagi yang aku tak tau satu pun sejenis apa atau siapa
mereka..
Mungkin ini hanya tentang
kapasitas..dan iya,seperti di katakan pidibaiq dalam bukunya,lautan memang
luas,ikannya warna warni dan di tepiannya banyak bikini,tapi aku adalah ikan
air tawar,yang kenyamanannya tinggal di empang..
"Manusia memang
harus pandai-pandai menempatkan diri,tau dimana dia seharusnya
berada.." kurang lebih seperti itulah nasihat ayah ku,"demi
kenyamanan dirinya dan orang lain.." lanjutnya lagi..
Di pintu masuk
kafe,seseorang yang ku kenal nampak tergopoh-gopoh berjalan menghampiriku...dan
kopi ini mulia dingin,asap harumnya yang sedari tadi mengepul sudah mulai
habis..tapi senyumnya,masih jelas dan belum pudar sedikit pun..beginilah
seharusnya hidup..selama apapun nasib tak memperdulikan kita,setipis apapun
harapan yang tersisa,selayaknya senyum tetap terjaga..berhenti melihat
keluar,lihatlah ke dalam..lihat ke dalam dirimu sendiri..
Akhmad Muzaki Irkham 1 Desember 2012
0 comments