Secangkir Kopi Di Akhir Tahun

by - December 25, 2013

image by google

20:12 di sudut sebuah kafe, Gandaria city lantai 1

Secangkir kopi itu masih utuh,tak ku sentuh sedikitpun,aku tak tega untuk merusaknya,aku hanya meraba-raba bibir cangkirnya berharap senyum yang tergambar disana mulai memudar lalu aku akan segera bisa menikmatinya..

Mall ini tak terlalu ramai,ekslusifitas membuatnya hanya dimasuki oleh orang-orang yg merasa dan mengaku dirinya sebagai 'sosialita'..dan aku?? "Lo tunggu aja di cafe A,gw agak telat dikit,pesen apa aja yang lo mau,gw yang bayar" begitu kata teman ku di telfon tadi sekaligus menjadikan alasan aku masuk ke dalam mall dan cafe ini,dan berani memesan secangkir kopi yang bisa tersenyum..

Mungkin sedikit norak,tapi jujur aku tak biasa melakukan pertemuan di tempat-tempat seperti ini,di tempat dimana secangkir kopi bisa lebih mahal dari harga celana dalam..

Ada banyak orang di dalam cafe ini,ntah apa tujuannya.. si gadis di ujung sana yang diam saja sambil terus mengaduk isi cangkirnya..beberapa orang di sebelah kiri ku yang saling tertawa lepas,dan 2 orang gadis di sebelah kanan ku yang sembari menghisap dalam rokoknya terus menyebut nama 'Si Arman' si arman itu begini,si arman itu begitu,dan blablabla...

Seandainya hidup secepat hisapan rokok gadis-gadis tersebut -yang ku hitung sudah 5 batang mereka habiskan dalam waktu kurang dari setengah jam- alangkah indahnya,aku tak perlu cape-cape bekerja,tak perlu cape-cape memikirkan masa depan,mas kawin?? biaya pernikahan?? rumah?? kendaraan ?? deposito?? asuransi kesehatan?? tak perlu lagi rasanya aku mendengar hal-hal itu dari mulut orang tua pacarku tiap aku 'bertandang' ke rumahnya..

Tapi sudahlah,meskipun kata pak ustadz juga hidup ini sementara,tapi tetap saja lama,selama aku menabung untuk membeli laptop yang bertahun-tahun tapi tak kesampaian juga sehingga akhirnya aku memutuskan kredit..hanjirrr..untuk membeli laptop yang harganya sekarang begitu murah saja aku kredit,bagaimana aku bisa mengumpulkan kekayaan sekitar 10 M seperti yang di gadang-gadang calon mertuaku?? hahaha..

Pada akhirnya,butuh bertahun-tahun untuk menyadarkanku bahwa aku adalah laki-laki yang dilahirkan dengan susah payah dan setelah itu di beri nama Langit..dengan harapan,sekuat apapun goncangan yang terjadi di bumi,langit tak akan pernah runtuh..yaa..orang tua ku tak ingin anaknya punya masalah dengan kepercayaan diri.. "Maju terusss..langit itu di atas..kamu adalah Langit,yang jangkauannya tak terhingga,dan dunia hanyalah sebutir debu kecil dibawah kakinya,kamu pasti bisa melakukannya.." yaa,aku bisaa..mah..paah..

Sekarang mari kita berbicara mimpi dan pencapaian..setiap akhir tahun seperti ini orang-orang biasanya melakukan evaluasi,berbicara tentang target,cita-cita,harapan dan sejenisnya. meskipun aku tak biasa membuat hidup ku terlalu formal dengan malakukan evaluasi,tapi tak ada salahnya mencoba..ya kan?? 

Ada beberapa hal besar yang berhasil aku capai tahun ini,selain sebuah piala ntah berbahan apa yang ku dapat dari memenangkan lomba karambol pada acara 17 agustusan,ikut pula mewarnai kamar kost ku menempel di dinding selembar kertas berisi cerpen..ya,itu adalah cerpen pertamaku yang berhasil di muat di sebuah majalan beberapa bulan yang lalu..dan itu ku anggap sebagai pencapaian terbesar sepanjang masa..bukannya aku cepat puas,sekedar penghargaan kepada diri sendiri..mungkinkah Thomas Alfa edison berhasil menemukan hal-hal besar tanpa menghargai hal-hal kecil yang ditemukan sebelumnya?? kurasa tidak..keberhasilannya terbentuk dari penghargaan atas kegagalan-kegagalan dan pencapaian-pencapaian kecil yang dia dapatkan..

Selebihnya? aku adalah bajingan tengik yang menjalani hidup dengan stagnan di depan computer.

Ah tapi jangan anggap aku tak punya mimpi dan harapan di tahun depan..seandainya kiamat batal terjadi,maka aku ingin pergi ke kuba,menghisap cerutu bersama fidel castro,dan ke jamaica,ikut memanen ganja dan membawanya ke afrika selatan,untuk kemudian menghisapnya bersama nelson mandela..

***
Aku mulai muak dengan atmosfer di tempat ini,mereka menyebutnya ekslusif,berkelas,atau ntah apa lagi namanya..tapi yang aku rasakan adalah dingin,angkuh..tempat ini benar-benar tak lebih baik dari kedai kopi mang akim,yang aku akan dengan nyaman menghabiskan tiap malamku disana,menulis sambil sesekali tertawa bersama supir-supir angkot,mendengar caci maki mereka kepada gubernur yang tak kunjung juga membenahi macet,dan membahas tentang sepak bola..tidak seperti disini,obrolan orang-orang yang ku dengar seputar hermes,louis vuitton,katty perry,kristen stewart dan banyak lagi yang aku tak tau satu pun sejenis apa atau siapa mereka..

Mungkin ini hanya tentang kapasitas..dan iya,seperti di katakan pidibaiq dalam bukunya,lautan memang luas,ikannya warna warni dan di tepiannya banyak bikini,tapi aku adalah ikan air tawar,yang kenyamanannya tinggal di empang..

"Manusia memang harus pandai-pandai menempatkan diri,tau dimana dia seharusnya berada.." kurang lebih seperti itulah nasihat ayah ku,"demi kenyamanan dirinya dan orang lain.." lanjutnya lagi..

Di pintu masuk kafe,seseorang yang ku kenal nampak tergopoh-gopoh berjalan menghampiriku...dan kopi ini mulia dingin,asap harumnya yang sedari tadi mengepul sudah mulai habis..tapi senyumnya,masih jelas dan belum pudar sedikit pun..beginilah seharusnya hidup..selama apapun nasib tak memperdulikan kita,setipis apapun harapan yang tersisa,selayaknya senyum tetap terjaga..berhenti melihat keluar,lihatlah ke dalam..lihat ke dalam dirimu sendiri..

Akhmad Muzaki Irkham 1 Desember 2012


You May Also Like

0 comments