EKPRESIONISME HIDUP ALA ABU KILABAH AL JARMI

by - April 15, 2022

Suatu hari seorang Tabiín bernama Abdullah bin Muhammad sedang berpatroli untuk mengawasi daerah pesisir. ditengah padang pasir nan gersang itu beliau melihat sebuah kemah yang di dalamnya ada seseorang lelaki tua yang kehilangan kaki dan tangannya. mata dan telinganya pun telah melemah, sehingga praktis hanya mulutnya saja dari semua bagian anggota badannya yang masih berfungsi dan bermanfaat. ketika mendekat ke dalam kemah itu sayup-sayup Abdullah bin Muhammad mendengar orang ini terus menerus mewiridkan doa dari mulutnya :

للَّهُمَّ أَوْزِعْنِي أَنْ أحمدك حمدا أكافىء بِهِ شُكْرَ نِعْمَتِكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيَّ ، وَفَضَّلْتَنِي على كَثِيرٍ من خَلَقْتَ تَفْضِيلا

“Ya, Allah. Tunjukilah aku agar aku bisa memuji-Mu, hingga aku dapat menjalankan rasa syukurku atas nikmat-nikmat yang telah Engkau karuniakan kepadaku, dan Engkau sungguh telah melebihkan aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan.”

Mendengar itu Abdullah bin Muhammad Kepo dan bertanya : "Wahai laki-laki tua, nikmat apa yang Allah berikan padamu sehingga kau begitu bersyukur padahal kondisimu begitu memprihatinkan? dan apa pula yang membuatmu merasa lebih beruntung dari orang lain?"

Laki-laki tua itu menjawab : "Wahai saudaraku, diamlah. Demi Allah, seandainya Allah datangkan lautan kepadamu dan aku tenggelam, atau gunung api dan aku terbakar, atau langit yang runtuh dan aku remuk. aku tidak akan mengatakan apapun kecuali rasa syukur."

Lalu dia melanjutkan : "Wahai hamba Allah.. karena engkau telah melihat keadaanku, sudikah kiranya kau membantuku. aku tidak mampu untuk berbuat apa-apa. aku memiliki seorang putra yang selalu membantuku. mewudhukanku ketika waktu sholat tiba, memberiku makan dan lain-lain. tapi sudah 3 hari ini aku kehilangan dia. bisakah kau membantuku untuk mencarikan dia?"

Abdullah bin Muhammad pun menyanggupi dan bergegas pergi untuk mencari anak dari laki-laki tua tersebut. belum terlalu jauh beliau berjalan beliau menemukan jenazah yang sedang dikerubungi oleh segerombolan singa. ternyata itu adalah jenazah anak dari laki-laki tua tersebut. beliau pun kebingungan bagaimana cara menyampaikan kabar buruk ini kepada laki-laki tua tersebut.

Sesampainya di kemah Abdullah bin Muhammad berkata : "Wahai saudaraku, apakah kau tau kisah Nabi Ayub?"

Laki-laki tua itu menjawab : "Ya aku tau."

Abdullah bin Muhammad melanjutkan : "Sesungguhnya Allah telah memberikan cobaan kepada Nabi Ayub perihal hartanya. kau tau bagaimana Nabi Ayub bersikap dalam menghadapi cobaan tersebut?".

Ia menjawab : "Nabi Ayub menghadapinya dengan sabar."

Abdullah bin Muhammad kembali bertanya : "Allah juga menguji Nabi Ayub dengan kefakiran. bagaimana sikapnya?"

dia menjawab : "Ia bersabar"

Abdullah bin muhammad terus bertanya : "Nabi Ayub pun diuji dengan tewasnya smua anaknya. bagaimana sikapnya?"

lagi-lagi dia menjawab : "ia tetap bersabar."

Abdullah bin muhammad masih terus bertanya : "Nabi Ayub juga diuji dengan penyakit ditubuhnya. bagaimana sikapnya?"

Dia menjawab lagi : "Dia tetap sabar. sekarang katakan dimana anakku?"

Abdullah bin Muhammad menjawab : "Wahai orang tua, sesungguhnya anakmu aku temukan telah tewas dimakan binatang buas. semoga Allah melipat gandakan pahalamu dan menyabarkanmu."

lalu dengan tenang dan raut bahagia laki-laki tua itu berkata : "Alhamdulillah, Allah tidak meninggalkan keturunan bagiku yang bermaksiat kepada Allah sehingga di azab di neraka."

tidak lama setelah itu laki-laki tua itu menarik nafas panjang kemudian meninggal dunia. Abdullah bin Muhammad kebingungan bagaimana caranya mengurusi jenazah laki-laki tua tersebut sendirian. beliau menutupi jenazah tersebut dengan jubahnya. ditengah kebingungannya tiba-tiba melintas 4 orang penunggang kuda.

Salah seorang diantaranya berkata : "Wahai saudaraku, apa yang terjadi kepadamu?"

Kemudian Abdullah bin Muhammad menceritakan apa yang dialaminya dan meminta bantuan 4 orang tersebut untuk mengurus jenazah laki-laki tua tersebut.

Mereka pun berkata : "Siapa dia?"

Abdullah bin Muhammad menjawab : "Aku juga tidak mengenalnya. ketika ku temui dia dalam keadaan sakit dan memprihatinkan."Keempat laki-laki ini pun meminta untuk dibuka penutup wajahnya barangkali dia adalah seseorang yang mereka kenal. ketika penutup wajahnya dibuka mereka tersentak kaget lalu mereka mencium dan menangisinya. mereka berkata : "ini adalah wajah yang senantiasa bersujud kepada Allah, mata yang selalu menunduk atas apa yang diharamkan Allah dan tubuh yang selalu sujud ketika orang-orang dalam keadaan tidur."

Abdullah bin Muhammad penasaran : "Kalian mengenalkan?"

keempat laki-laki itu balik bertanya : "Kau tidak mengenalnya?"

Mereka melanjutkan : "Dia adalah Abu Qilabah Al Jarmi. dia adalah sahabat dari ibnu Abbas. dia sangat mencintai Allah dan rasulnya. laki-laki tua ini juga, pernah diminta oleh Khalifah untuk menjadi Hakim, namun dia tolak dan memilih pergi untuk mengasingkan diri bersama putranya."

Setelah beres mengurus jenazah Abu Qilabah malam harinya ketika Abdullah bin Muhammad tidur, beliau bermimpi melihat laki-laki tua itu berada di sebuah taman yang indah. dia memakai 2 lembar kain dari surga sambil membaca ayat alquran :

سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
"Keselamatan bagi kalian (dengan masuk ke dalam surga), karena kesabaran kalian, Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu." [QS. Ar-Ra'd:24]

Abdullah bertanya kepadanya, "Bukankah engkau adalah orang yang aku temui tadi siang?".  la berkata, "Benar". Abdullah berkata, "Bagaimana engkau bisa memperoleh semua ini." Ia berkata,

”Sesungguhnya Allah menyiapkan derajat kemuliaan yang tinggi, yang tak dapat dicapai, kecuali dengan sikap sabar ketika diberi cobaan, dan rasa syukur ketika dalam situasi lapang, dan tentram bersama dengan rasa takut kepada Allah, baik dalam kondisi sendirian atau di depan banyak orang.”

Wallahu a'lam bishowab.

Dalam khazanah islam kita biasa menemui kisah-kisah seperti ini. cerita-cerita tentang kesabaran orang-orang terdahulu, serta bagaimana mereka bisa mensyukuri hidup bagaimapun keadaannya. Namun cerita Abu Qilabah ini menjadi salah satu yang paling epik dan memorable buat gw.

Membayangkan kondisi fisiknya, gw akan memaklumi jika beliau memilih untuk mencaci maki takdir. pun gw akan memahami jika beliau memilih untuk menggugat atau membenci Tuhan sekalipun. tapi itu tidak beliau lakukan. beliau justru mengembalikan semuanya kepada Tuhan dengan sudut pandang yang bukan lagi positive, tapi dengan level ke pasrahan seorang hamba yang luar biasa.

ini yang seringkali sebagai manusia modern sering kita lupakan. kita percaya adanya Tuhan, tapi kita lupa jika baik, buruk dan segala apa yang terjadi dalam kehidupan adalah atas kehendaknya. dan kita tidak sedikit pun punya daya atau upaya untuk mengaturnya. kita tidak hanya lemah, tapi kita bahkan bukan apa-apa. we are nothing. yang bisa kita lakukan hanya berencana. sisanya Tuhan yang  ACC.

Belum lagi bagaimana kemampuan beliau berdialektika dengan keadaan. seperti ketika beliau mendapat kabar bahwa anaknya telah meninggal. alih-alih meratapi kematiannya. beliau malah bersyukur karena anaknya meninggal. baginya, dengan meninggalnya anaknya maka hilang pula potensi untuk anaknya bermaksiat kepada Allah. Gokil ga tuh? bisa kita berfikir seperti itu? menandang Kehidupan dan Kematian secara sederhana tapi luar biasa. bisakah kita memandang hidup sebagai sebuah kesempatan yang masih diberikan Tuhan untuk terus berbuat kebaikan, dan mensyukuri kematian sebagai kasih sayang Tuhan karena DIA tidak ingin kita terus melakukan kejahatan.

Abu Qilabah juga mengajarkan kita untuk tetap struggle menghadapi kehidupan apapun keadaannya. dengan kesabarannya, dia tidak menunjukan sikap eskapis dan pasrah. tapi tetap berusaha diselingi dengan rasa syukur apapun hasil dari usahanya pada akhirnya. seperti ketika anaknya menghilang, dia tidak pasrah, tapi tetap meminta bantuan untuk dicarikan anaknya. dan ketika pada akhirnya dia mendapati kenyataan pahit anaknya telah meninggal. dia tetap bersyukur.

Jika kita bisa menjadi seperti Abu Qilabah di era sekarang adalah sebuah pencapaian yang luar biasa. karena bukan hanya sulit dan hampir mustahil menjadi seperti beliau di tengah gempuran gaya hidup konsumerisme, ambisius akan hasrat kedunawiaan serta tuntutan dari lingkungan untuk terus menjadi seperti yang diharapkan.

Kenapa hari-hari ini kita begitu familiar dengan isu-isu mental health yang berhubungan dengan semangat? seperti burn out, toxic productivity dan lain-lain? bukankah seharusnya menjadi semangat itu bagus? gw rasa karena kita lupa akan 2 hal lainnya. yaitu Sabar dan Sukur. padahal ada paket 3S yang seharunya tidak terpisahkan: Semangat, Sabar, dan Syukur.

Hari ini kita begitu bersemangat dan berambisi mengejar cita-cita, tapi kita lupa bersabar dan bersukur. kita boleh bersemangat, tapi kita juga tidak lupa untuk bersabar dan bersyukur. karena percayalah, ketika kita bersemangat tanpa diiringi dengan sabar dan syukur, maka kita akan mudah kelelahan. mudah meratapi kegagalan dan impulsif membenci kehidupan.

You May Also Like

0 comments