Tuhan, Ganja dan Novel Baswedan
Ubi Societas ibi uis – Di mana
ada masyarakat disitu ada hukum. Begitu kurang lebih Bunyi Adagium yang paling
terkenal ketika kita mencoba membahas tentang hukum. Artinya hukum adalah
sesuatu yang mutlak harus dan pasti ada ditengah-tengah kehidupan manusia.
Bahkan alam semesta. Hukum adalah dasar kehidupan, atau malah, hukum adalah
kehidupan itu sendiri.
Tujuan dari Hukum adalah keadilan.
Karena sebagai manusia yang katanya makhluk sosial dan harus hidup berdampingan
satu sama lain, dengan ego dan kepentingannya masing-masing, Di perlukan suatu
aturan, dasar pijakan untuk saling menjaga agar tidak saling merugikan. Ketika
terjadi kesalahan, maka hukum hadir sebagai alat penyeimbang.
Kasus
#PenyiramanAirKerasNovelBaswedan jelas menjadi satu omong kosong yang mencederai
rasa keadilan banyak orang. Tak perlu menjadi ahli hukum untuk berpendapat
bahwa apa yang terjadi bukanlah keadilan. pada akhirnya kita tahu semuanya
hanya dagelan.
Gimana critanya, nyiram air keras
ke muka orang Cuma di tuntut 1 tahun penjara? Ketika kita protes mereka bilang
: semua sudah sesuai mekanisme hukum, kita mencoba seadil mungkin, karena
dimata hukum keadilan bukan hanya untuk korban, tapi juga untuk pelaku. Mereka
sudah meminta maaf, apa yang mereka lakukan juga tidak sengaja. Blablabla.
Kalau memang itu yang disebut keadilan, rasanya kita sedang berusaha menghina
diri kita sendiri.
Sementara di halaman lain, berapa
banyak orang-orang yang justru bernasib jelek ketika bersinggungan dengan
hukum, coba aja lo googling dengan keyword : kasus-kasus hukum paling menyayat
hati di Indonesia. Maka lo akan kebingungan seperti apa sebenernya hukum itu
bekerja, khususnya di Negara ini. Ada nenek-nenek yang dihukum karena nyolong
kayu yang di tanam suaminya sendiri lah, ada nenek-nenek yang dihukum karena
nyolong kakau seharga 2000 perak lah, bahkan gue masih inget banget kasus
Fidelis yang ditangkep bahkan sampai di penjara karena menanam ganja untuk
mengobati istrinya.
Oya, terbaru ada lagi kasus ganja
medis yang menjerat Reyndhart Siahaan, dimana dia ditangkep karena mengkonsumsi
ganja untuk mengobati penyakit syaraf yang dideritanya. Kenapa kok tiba-tiba
nyambungnya ke ganja? Gue juga enggak tau. Ketika gue menulis ini tiba-tiba gue
keinget sama tayangan konferensi persnya Dwi Sasono yang kebetulan juga
ketangkep gara-gara ganja belum lama ini. Dalam video itu, dengan kostum
seperti penjahat kelas kakap, lengkap dengan penutup wajah, beliau bilang
dengan suara bergetar : saya bukan penjahat, saya bukan kriminal, saya bukan
penipu, saya korban. Dan menyaksikan itu hati gue sedih, men.
Iya oke dia salah, atau menyalahi aturan. Tapi
coba kita lihat di konferensi lain, para koruptor masih bisa cengengesan.
Penjahat-penjahat sebenarnya seperti para tersangka dikasus
#PenyiramanAirKerasNovelBaswedan masih bisa petentang petenteng, merasa benar
dan pada akhirnya memang hanya dihukum ringan. Terus nanti dibilang : hal salah
dibandingkan dengan yang salah tidak menjadi benar. Lah iya gue lagi ga nyari
kebenaran, gw lagi nyari keadilan. Dimana letak adilnya? dimana letak hukumnya?? Atau
barangkali benar seperti yang dikatakan banyak orang, pada akhirnya hukum hanya
dijadikan mainan oleh mereka yang punya kekuasaan. Para penegaknya pun, lebih
takut kehilangan pangkat dan jabatan daripada memperjuangkan keadilan.
Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Machiavelli
tentang oportunisme. Ketika ditanya lebih baik ditakuti atau dicintai maka ia
menjawab : Manusia tidak segan-segan lebih membela orang yang mereka takuti dibanding
yang mereka cintai, karena cinta diikat oleh rantai kewajiban. Pada saat
manusia telah mendapatkan apa yang diinginakannya, rantai tersebut akan putus. Sebaliknya,
rasa takut tidak akan pernah gagal.
Nggak usah lo cape-cape jelasin
segala hal tentang ilmu hukum ke gue, nggak usah lu jelasin lagi apa itu
keadilan sama gue, bahkan kalo lo bacain kitab undang-undang 7 hari 7 malem di
depan muka gue pun rasanya gue Cuma pengin jawab : Oh
Karena semua ini adalah
penghianatan, dan menghianati hukum sama saja dengan menghianati kehidupan. Lalu
apalagi yang mau kita harapkan kalau kehidupan pun sudah kita hianati??
Jika ditanya apa yang paling tua
di alam semesta? Jawabannya adalah hukum, barangkali dialah yang Tuhan ciptakan
pertama kali. dia ada sebelum semuanya bermula, kata “KUN” atau “Jadilah” yang
Tuhan ucapkan adalah hukum, sangat jauh lebih tua dari sekedar undang-undang
hamurabi di zaman Babilonia. Maka ternyata menghianati hukum bukan hanya
menghianati kehidupan tapi juga menghianati Tuhan.
Dan siapalah kita berani
menghianati Tuhan? Di sengat Corona makhluk kecil tak kasat mata saja sudah
panik luar biasa.
Semoga kita lekas segar, karena
bodoh bisa belajar. Tapi sembrono?? Biasanya harus di hajar dulu baru sadar. L
0 comments