Pada Suatu Ketika - Akan Tiba Saatnya

by - November 24, 2013
image by google ( Antara foto )


Baiklah, aku akan memulai ceritaku dari sini, dari bangku paling depan sebuah gerbong kereta, persis tepat di sebelah toilet yang memaksaku harus menikmati aroma pesing sepanjang perjalanan.

Di tengah kencangnya laju kereta, dari tempatku duduk aku bisa melihat pemandangan di luar sana, saat itu tepat pukul 03.00 pagi, saat sinar rembulan remang-remang menyinari hamparan padi siap panen di sawah-sawah sepanjang pesisir pantura. dengan sinar yang terbatas pula, sesekali aku menangkap siluet bangunan-bangunan yang sedang di bangun di tengah-tengah persawahan tersebut, dan nampak baliho-baliho besar bertuliskan 'Hunian nyaman, pesan dari sekarang sebelum kehabisan'

"Mungkin suatu saat nanti akan tiba masanya, dimana kita harus menanam padi di atas atap rumah kita sendiri kalo mau tetep bisa makan ya mas??" itu suara kakek-kakek di depanku yang baru bangun tidur yang melihatku sedang memperhatikan pemandangan di luar kereta.

" Eeee.. iya, kek.." Jawabku singkat dan fikiranku kembali melayang.

Benar, mungkin akan tiba saatnya kita tak punya lagi lahan untuk bercocok tanam, sebuah artikel menyebutkan, menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2010), terjadi penyusutan lahan pertanian sebesar 12.6 ribu hektare di pulau Jawa, sedangkan secara nasional lahan pertanian menyusut sebesar 27 ribu hektare.

Jika sekedar untuk pemukiman, kawasan industri, dll kenapa harus mengalih fungsikan lahan pertanian? kenapa tak cari lahan kurang subur seperti yang islam ajarkan??

Mungkin akan tiba saatnya juga ketika swasembada pangan hanya menjadi kenangan, oh tapi tak perlu menunggu nanti, bukankah sekarang pun sudah terjadi? dimana hampir 75 persen kebutuhan pangan dalam negeri kita dipenuhi dari impor. Jagung 11 persen, daging sapi 23 persen, garam 50 persen dan kedelai 70 persen. bahkan singkong pun kita impor, kan??

belum lagi hilang dari ingatanku, sebuah kabar yang menyebutkan bahwa 2 perusahaan asing Cina dan Malaysia akan menggarap sawah di Indonesia. jika benar, maka ini sungguh ironis, jika minyak dan pertambangan lainnya milik kita di invasi asing, mungkin masih wajar, tapi kali ini apa? Sawah?? Negara Agraris yang krisis pangan dan sawahnya di garap oleh negara lain.

Aku tiba-tiba terbayang 20 Tahun yang akan datang, kira-kira akan seperti apa?? Lahan pertanian kita habis, sumber daya alam ludes, sumber daya manusia pun kalah bersaing dengan SDM2 asing yang membanjiri Indonesia dengan adanya AFTA yang konon akan di berlakukan mulai 2015.

Lihatlah Cilegon, Daerah di ujung barat pulau jawa itu, konon sekarang sedang menghadapi perubahan besar dengan masuknya Industri Korea dan menggunakan tenaga kerja dari Negara Asalnya.

"Makanya, jadilah sumber daya yang berkualitas, jadi nggak takut bersaing."

Iya, tapi maaf, bukannya aku anti kemajuan, tak percaya diri, atau apapun itu, tapi kalau boleh berpendapat maka aku akan bilang ' Belum saatnya' Indonesia belum siap untuk persaingan tersebut, kita bahkan tak mempersiapkan diri. lihat saja, pemimpin kita bukannya sibuk mempersiapkan rakyatnya menghadapi persaingan yang sudah di depan mata, mereka justru sibuk merusak jengkal demi jengkal negeri ini. manusia-manusia pintar itu bukannya mendidik yang lainnya agar sama-sama menjadi berkualitas, justru membodohi. yang pintar membodohi, yang bodoh mati.

Ah ntahlah, kenapa aku jadi pusing memikirkan negara? padahal negara juga tak pernah memikirkanku...tapi tunggu dulu, aku tak memikirkan negara, tapi aku memikirkan diriku sendiri, dan teman juga saudara-saudaraku yang lainnya. karena mungkin aku gagal menjadi warga negara yang baik, aku juga gagal mewujudkan mimpi dan harapan-harapanku, tapi setidaknya aku tidak ingin gagal menjadi manusia, dan manusia gagal adalah yang tak perduli pada manusia lainnya.

Aku sudah disini, di peron 2 stasiun poncol semarang, menunggu jemputan sambil menikmati di tikam kesunyian. benar kata orang, jika kau ingin merasakan kesunyian yang sesungguhnya, pergilah ke stasiun, duduklah disana, lalu perasaan yang kau rasakan ketika perlahan kereta pergi meninggalkanmu sampai akhirnya benar-benar menghilang, itulah sunyi.

You May Also Like

0 comments