Krisis Ekonomi Atau Krisis Kepercayaan Diri??

by - October 29, 2015
( image by google )



Tulisan ini di picu oleh sebuah quotes inspiratif yang gue temukan di twitter beberapa hari yang lalu. quotes itu berbunyi :

" Bukan seberapa besar masalah dalam hidup kita. tapi bagaimana respon kita terhadap masalah tersebut itulah yang terpenting."

Dulu gue pernah punya manager, satu hal yang bikin gue selalu ingat sama dia adalah motto hidupnya yang selalu dia dengungkan dan sampaikan kepada para karyawan setiap breafing. katanya begini :

"Apapun yang terjadi, jangan membiasakan diri melakukan B.E.J. ( Blame, Excuse, Justification ) ."

Dan gue sangat setuju. terkadang, ketika sebuah kesalahan kita lakukan, atau ketika sebuah hal buruk menimpa kita, kita enggan untuk melakukan instropeksi atau mencari solusi. Kita lebih suka melakukan pembenaran, beralasan, bahkan lebih parahnya lagi menyalahkan orang lain dan keadaan.

Satu contoh adalah baru-baru ini, ketika kondisi ekonomi lagi gak karuan, para pelaku usaha mengeluhkan Omset mereka yang terjun bebas, boro-boro profit. Nggak bangkrut gara-gara kebanyakan nutupin defisit keuangan aja untung. lalu sebagian besar dari kita berteriak menyalahkan banyak hal, dari mulai pemerintah, dollar, sampai tukang parkir ikut disalah-salahin.

Padahal kalo kita mau membuka mata hati dan fikiran kita lebar-lebar, sepahit apapun kondisi perekonomian saat ini, itu akan menjadi sebuah tantangan kalo saja kita bisa meresponnya dengan positive. dan ketika kita menganggapnya tantangan, fikiran kita pun akan fokus untuk mencari solusi. tapi kalo dari awal respon mental kita udah B.E.J, ya boro-boro mikirin solusi, otak jadi males dan isinya cuma : salah pemerintah!! salah kuda lumping!! salah si ini!! salah si anu!! blablabla.

Gue jadi inget sebuah artikel yang di tulis oleh Prof Rhenald Kasali dalam kolomnya di harian Kompas, Bunyinya seperti ini :

"Daripada mereka-reka kapan dollar AS akan kembali turun, atau tenggelam dalam rasa takut yang besar bahwa PHK besar-besaran akan terjadi, lebih baik kita paham apa yang tengah terjadi, mengapa, dan bagaimana meresponsnya.

Gejala ini kita sebut sudden shift (tiba-tiba berpindah). Faktanya, konsumennya tetap di situ, populasinya tetap besar, semuanya butuh makan, minum, transportasi, gadget, hiburan, dan sebagainya. Akan tetapi, siapa yang menikmati perpindahan itu?"


Yups, gue sih setuju banget sama apa yang tertulis di atas, seburuk apapun kondisi perekonomian, jumlah populasi manusia tetap sama, dan semuanya tetep butuh makan, minum, transportasi, komunikasi dll. kita cuma perlu sedikit peka dalam merespon perubahan trend di masyarakat.

Banyak kok contohnya mereka-mereka yang merespon kondisi "Krisis" ini sebagai tantangan dan justru menikmati perubahan tersebut. kita liat aja Go-Jek, di saat banyak perusahaan transportasi mengeluhkan pemasukan mereka yang makin merosot, Go-Jek justru naik daun dan menjadi primadona baru transportasi yang menjadi incaran warga ibokota.

Coba kita cari tau juga, berapa persen kenaikan Omset perusahaan-perusahaan jual beli online yang sekarang lagi booming banget? sebagian besar mungkin di atas 100 persen. di saat para pedagang di tanah abang pada gulung tikar, Toko-toko jual beli online malah berkembang pesat. aneh? ya enggak. kita cuma perlu sepakat bahwa siapa yang peka dan cepat merespon perubahan, maka dialah yang akan jadi pemenang. kalo kata PidiBaiq : "Yang Hebat bukanlah yang kuat bertahan, tapi yang bisa menyesuaikan diri dengan keadaan." 


yaks, kalo kita menginginkan sesuatu berjalan dengan benar, maka kita juga harus memulainya dengan cara yang benar. dalam hal ini kita perlu memperbaiki dulu cara pandang dan cara berfikir kita. cara kita memandang sesuatu akan mempengaruhi sikap dan tindakan kita. itu pasti.

Dan akhir kata, gue bukannya lagi sok menggurui, sok pintar, atau sok2 lainnya. gue cuma lagi pengin mengajak anda, lo, ente, kalian semua untuk mulai membuka mata, menggunakan otak untuk berfikir mencari solusi, bukan pintar mencari alasan atau sibuk menyusun kalimat pembenaran. nggak mudah emang, tapi apa salahnya di coba? ya kan?? iyalaahh..

Bukankah kata orang bijak : "seseorang dikatakan berhasil bukan karena tak memiliki masalah, tetapi karena dapat mengatasi masalahnya. Seseorang disebut bahagia bukan karena hidupnya tanpa kesusahan, melainkan karena ia tetap dapat merasakan kebahagiaan walaupun ditengah-tengah kesusahannya."

So, mari berfikir positive, berfikir kreative, dan jangan lupa bahagia. :D


You May Also Like

0 comments