Karl Marx Mabar Mobile Legend

by - April 25, 2019

"Die Religion ... ist das Opium des Volkes", atau bahasa Indonesianya “Agama... adalah opium bagi masyarakat" merupakan salah satu quotes dari Karl Marx yang paling populer. Quotes tersebut diambil dari tulisannya yg berjudul "A Contribution to the Critique of Hegel's Philosophy of Right" yang muncul di media Deutsch-Französische Jahrbücher, Paris pada tanggal 7 & 10 Febuari 1844. 

Sebagai seorang theis, sejak awal gue jelas langsung menolak apa yang dikatakan oleh Marx. karena berdasarkan apa yang gw pelajari dari kecil. agama adalah tuntunan hidup. Ia (agama) adalah jawaban dari Tuhan untuk begitu banyak pertanyaan dalam hidup, dan memang itu kenyataannya. maka ketika Marx menyamakan agama dengan candu yang menenangkan,menahan rasa sakit , ilusi, tapi juga bikin kecanduan dan destruktif maka gw otomatis gak setuju. 

Tapi melihat kondisi hari ini, rasa-rasanya gue mulai mengerti. kenapa dulu Marx sampe kefikiran buat ngomong begitu. Pada awalnya mungkin quotes itu lahir atas dasar kritik Marx terhadap gereja, karena menurutnya ada hubungan ‘kotor’ antara gereja dengan pemegang kekuasaan yang terjadi di ranah agama dan politik Eropa pada abad ke 19. Marx sadar dan geram dengan kenyataan bahwa kaum elit penguasa itu menggunakan agama untuk memobilisasi rakyat untuk memenuhi kepentingan mereka sendiri. persis seperti apa yang terjadi pada kita hari ini. dinamika politik di Indonesia hari ini polanya gak jauh-jauh dari agama. setiap hari, isu yang di angkat selalu soal agama. semua politisi berlomba-lomba untuk “menjadi” agamis. ada yang milih wakil presiden dari kalangan ulama, ada juga yang nyalon Presiden karena dukungan ulama, dll. 

Awalnya gw seneng, karena gw fikir “Ah mungkin ini nih era kebangkitan itu”. dimana agama menjadi motor utama. gw optimis ketika masing-masing pihak mengklaim bertindak dan berjuang atas dasar agama, dan gw percaya jika memang seperti itu, maka siapapun yang menang hasilnya pasti bagus untuk kita semua. 

Tapi kemudian keadaan membuat gw bingung. gw seperti berada di tengah-tengah orang-orang yang lagi Mabar Mobile legend dan gw gak main sendiri. setiap orang asik dengan fikirannya sendiri-sendiri, dengan caci makinya sendiri-sendiri, dengan emosi, kekesalan dan kebanggaannya sendiri-sendiri. sementara gw bingung dengan apa yang harus gw lakukan bahkan apa yang harus gw fikirkan.

semakin hari, kita bukannya semakin baik malah semakin hancur. kita ribut nggak udah-udah. perpecahan dimana-mana, provokasi dan caci maki membabi buta. membuat gw bertanya, kalo memang kita bergerak atas dasar agama? kenapa kehancuran yang kita terima? yang salah agamanya? atau kitanya yang kualat karena udah memperalat agama untuk tujuan-tujuan yang tidak seharusnya?

Mungkin jika terus seperti ini, alih-alih menjaga marwah atau kehormatan agama. kita justru sedang merendahkannya. dan jika apa yang kita lakukan kemudian melahirkan Marx2 baru yang anti agama, maka kita sendirilah orang pertama paling pantas untuk disalahkan. 

Tan Malaka pernah bilang “Sedangkan sebetulnya cara mendapatkan hasil itulah yang lebih penting daripada hasil itu sendiri.” maka jika kita menginginkan kebaikan, tapi prosesnya sendiri tidak baik, maka sia-sialah semuanya. 

Pada akhirnya, kita hanya bisa bertanya-tanya, sampai kapan semua ini akan berakhir? karena jika dilihat dari yang udah-udah, sepertinya perdamaian masih jauh. ntah kita sedang berada di era kerusakan karena ulah kita sendiri, atau memang kita sedang berada dalam proses “Revolusi” yang menurut Bung Karno adalah : “Menjebol dan Membangun”. tapi apapun itu mudah-mudahan seperti yang ditegaskan oleh Trotsky, bahwa masa damai itu mungkin ada.

Wallahu’alam.

You May Also Like

0 comments