Tuhan, Ganja dan Novel Baswedan

by - June 14, 2020


Ubi Societas ibi uis Di mana ada masyarakat disitu ada hukum. Begitu kurang lebih Bunyi Adagium yang paling terkenal ketika kita mencoba membahas tentang hukum. Artinya hukum adalah sesuatu yang mutlak harus dan pasti ada ditengah-tengah kehidupan manusia. Bahkan alam semesta. Hukum adalah dasar kehidupan, atau malah, hukum adalah kehidupan itu sendiri.

Tujuan dari Hukum adalah keadilan. Karena sebagai manusia yang katanya makhluk sosial dan harus hidup berdampingan satu sama lain, dengan ego dan kepentingannya masing-masing, Di perlukan suatu aturan, dasar pijakan untuk saling menjaga agar tidak saling merugikan. Ketika terjadi kesalahan, maka hukum hadir sebagai alat penyeimbang.

Kasus #PenyiramanAirKerasNovelBaswedan jelas menjadi satu omong kosong yang mencederai rasa keadilan banyak orang. Tak perlu menjadi ahli hukum untuk berpendapat bahwa apa yang terjadi bukanlah keadilan. pada akhirnya kita tahu semuanya hanya dagelan.

Gimana critanya, nyiram air keras ke muka orang Cuma di tuntut 1 tahun penjara? Ketika kita protes mereka bilang : semua sudah sesuai mekanisme hukum, kita mencoba seadil mungkin, karena dimata hukum keadilan bukan hanya untuk korban, tapi juga untuk pelaku. Mereka sudah meminta maaf, apa yang mereka lakukan juga tidak sengaja. Blablabla. Kalau memang itu yang disebut keadilan, rasanya kita sedang berusaha menghina diri kita sendiri.

Sementara di halaman lain, berapa banyak orang-orang yang justru bernasib jelek ketika bersinggungan dengan hukum, coba aja lo googling dengan keyword : kasus-kasus hukum paling menyayat hati di Indonesia. Maka lo akan kebingungan seperti apa sebenernya hukum itu bekerja, khususnya di Negara ini. Ada nenek-nenek yang dihukum karena nyolong kayu yang di tanam suaminya sendiri lah, ada nenek-nenek yang dihukum karena nyolong kakau seharga 2000 perak lah, bahkan gue masih inget banget kasus Fidelis yang ditangkep bahkan sampai di penjara karena menanam ganja untuk mengobati istrinya.

Oya, terbaru ada lagi kasus ganja medis yang menjerat Reyndhart Siahaan, dimana dia ditangkep karena mengkonsumsi ganja untuk mengobati penyakit syaraf yang dideritanya. Kenapa kok tiba-tiba nyambungnya ke ganja? Gue juga enggak tau. Ketika gue menulis ini tiba-tiba gue keinget sama tayangan konferensi persnya Dwi Sasono yang kebetulan juga ketangkep gara-gara ganja belum lama ini. Dalam video itu, dengan kostum seperti penjahat kelas kakap, lengkap dengan penutup wajah, beliau bilang dengan suara bergetar : saya bukan penjahat, saya bukan kriminal, saya bukan penipu, saya korban. Dan menyaksikan itu hati gue sedih, men. 

Iya oke dia salah, atau menyalahi aturan. Tapi coba kita lihat di konferensi lain, para koruptor masih bisa cengengesan. Penjahat-penjahat sebenarnya seperti para tersangka dikasus #PenyiramanAirKerasNovelBaswedan masih bisa petentang petenteng, merasa benar dan pada akhirnya memang hanya dihukum ringan. Terus nanti dibilang : hal salah dibandingkan dengan yang salah tidak menjadi benar. Lah iya gue lagi ga nyari kebenaran, gw lagi nyari keadilan.  Dimana letak adilnya? dimana letak hukumnya?? Atau barangkali benar seperti yang dikatakan banyak orang, pada akhirnya hukum hanya dijadikan mainan oleh mereka yang punya kekuasaan. Para penegaknya pun, lebih takut kehilangan pangkat dan jabatan daripada memperjuangkan keadilan.

Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Machiavelli tentang oportunisme. Ketika ditanya lebih baik ditakuti atau dicintai maka ia menjawab : Manusia tidak segan-segan lebih membela orang yang mereka takuti dibanding yang mereka cintai, karena cinta diikat oleh rantai kewajiban. Pada saat manusia telah mendapatkan apa yang diinginakannya, rantai tersebut akan putus. Sebaliknya, rasa takut tidak akan pernah gagal.

Nggak usah lo cape-cape jelasin segala hal tentang ilmu hukum ke gue, nggak usah lu jelasin lagi apa itu keadilan sama gue, bahkan kalo lo bacain kitab undang-undang 7 hari 7 malem di depan muka gue pun rasanya gue Cuma pengin jawab : Oh

Karena semua ini adalah penghianatan, dan menghianati hukum sama saja dengan menghianati kehidupan. Lalu apalagi yang mau kita harapkan kalau kehidupan pun sudah kita hianati??

Jika ditanya apa yang paling tua di alam semesta? Jawabannya adalah hukum, barangkali dialah yang Tuhan ciptakan pertama kali. dia ada sebelum semuanya bermula, kata “KUN” atau “Jadilah” yang Tuhan ucapkan adalah hukum, sangat jauh lebih tua dari sekedar undang-undang hamurabi di zaman Babilonia. Maka ternyata menghianati hukum bukan hanya menghianati kehidupan tapi juga menghianati Tuhan.

Dan siapalah kita berani menghianati Tuhan? Di sengat Corona makhluk kecil tak kasat mata saja sudah panik luar biasa.

Semoga kita lekas segar, karena bodoh bisa belajar. Tapi sembrono?? Biasanya harus di hajar dulu baru sadar. L

You May Also Like

0 comments