Jakarta,Kembalikan Ayahku...
Wajahnya lusuh,sesekali dia memaki,karena nampak sebiji cengkih menghambat laju asap rokok kretek yang dihisapnya..sedari tadi kami saling memperhatikan,sampai pada akhirnya,dari sekian banyak orang yang lalu lalang di sekitar kami,cuma dia seorang yang menyapa.
'Sebenarnya kalian ini mau kemana?' ucapnya sambil mendekat.
'Ntahlah pak,' Ibuku coba menjawab..
'Lho?' lanjutnya lagi dengan raut muka semakin penasaran
'Kami dari riau,datang kesini dengan tujuan mencari ayahnya anak-anak yang sudah 1Tahun lebih tak ada kabar' jawab ibuku lirih
'Terus ketemu?'
ibuku hanya menggelengkan kepala..
'lalu??'
"Waktu kami datang ke sebuah alamat yang tertera pada surat yang dia kirim terakhir kali,ternyata itu adalah alamat mess karyawan sebuah perusahaan,dan ketika kami menanyakan tentang dia,seseorang bilang sudah dari 4 bulan yang lalu dia pergi dan tak pernah kembali."
'Lalu sekarang mau kemana? pulang lagi ke riau??'
Belum sempat pertanyaannya terjawab,Obrolan kami terhenti sejenak oleh jerit tangis adikku yang baru berumur 2,5 Tahun, 'hausss..' Teriaknya..ibuku hanya tertegun,kemudian bangkit dan menimang-nimang agar adikku cepat diam..
Laki-laki tadi bangkit,pergi meninggalkan kami,tak begitu lama dia kembali dengan sebotol air mineral di tangan,sambil memberikan itu kepada ibuku dia berkata :
'Kalian berangkat kesini dengan ongkos pas-pasan,dan sekarang kehabisan uang?'
Ibuku mengangguk pelan 'terimakasih' katanya kemudian.
'Baiklah,ayo,sekarang naik ke becakku,aku antar kalian ke kantor polisi,semoga disana kalian bisa terbantu.' katanya seraya bangkit,dan aku hanya tertegun kemudian saling memandang dengan ibuku.
***
Konon,seburuk-buruk hidup,adalah hidup dengan penyesalan. dan terdampar disini bersama ibu dan adikku adalah hal yang paling aku sesali.
Seminggu yang lalu,kami masih di Riau,menjalani hari demi hari penuh rasa syukur..bangun pagi,berangkat ke perkebunan sawit,lalu pulang sore hari membawa sepikul rasa lelah dan sedikit uang untuk menyambung hidup esok hari.setidaknya seperti itu hidup yang kami jalani semenjak 1 Tahun yang lalu,semenjak ayahku yang katanya bekerja di jakarta itu berhenti mengirim uang maupun kabar.
Kami mungkin kuat bertahan hidup dengan segala keterbatasan,tapi siapa yang kuat menahan rindu?
Rama nekad menyerang alengka,Bisma pasrah di panah Srikandi,semua hanya sebagian kecil contoh-contoh dari beratnya menahan rindu..jadi awalnya mungkin wajar,jika akhirnya kami nekad berangkat ke jakarta,ke kota dengan got-got hitam bau bacin.
Konon,kota ini adalah trek perlombaan menuju kesuksesan,setiap orang menggantungkan mimpinya di kota ini,termasuk ayahku.tapi hari ini,yang ku lihat hanya sebuah kota yang di huni oleh robot,lalu lalang dengan raut wajah kelelahan,dan tak memperdulikan liyan.
Suatu hari menjelang lebaran Tahun lalu,aku pernah melihat sebuah sticker yang menempel di bagian belakang bis yang membawa orang-orang kampungku yang baru pulang dari jakarta,sebuah pesan dari gubernurnya 'Selamat mudik,hati-hati dijalan dan sampai jumpa lagi di jakarta,inget,kalau mau bawa saudara kesini jangan yang cuma modal nekad aja ya,tapi juga yang punya kemampuan untuk di jual'
Lalu sekarang,ketika kami terdampar tak berdaya di tengah kota yang menyedihkan ini,kami tak tau apa yang harus kami lakukan,kami memang hanya modal nekad,kemampuan kami juga hanya mengurus pohon sawit,apa kemampuan itu bisa kami jual disini? sedangkan jangankan pohon sawit,pohon biasa pun sudah jarang,tak heran kota ini begitu panas seperti neraka.
Disaat-saat seperti ini,aku tetap merindukan ayahku,aku teringat kenangan indah ketika masa kecil dulu..dan sekarang dia hilang ntah kemana,aku yakin Tuhan tak tuli,dan aku juga yakin Tuhan tak pernah bosan mendengar doaku meminta agar ayah kembali..tapi kenapa dia tak kunjung kembali? aku tak tau,apa harus memaki karena dia pergi begitu saja meninggalkan kami,atau terus berdoa,mungkin saja sesuatu yang buruk terjadi padanya.
Ayah,kau dimana?
Rama nekad menyerang alengka,Bisma pasrah di panah Srikandi,semua hanya sebagian kecil contoh-contoh dari beratnya menahan rindu..jadi awalnya mungkin wajar,jika akhirnya kami nekad berangkat ke jakarta,ke kota dengan got-got hitam bau bacin.
Konon,kota ini adalah trek perlombaan menuju kesuksesan,setiap orang menggantungkan mimpinya di kota ini,termasuk ayahku.tapi hari ini,yang ku lihat hanya sebuah kota yang di huni oleh robot,lalu lalang dengan raut wajah kelelahan,dan tak memperdulikan liyan.
Suatu hari menjelang lebaran Tahun lalu,aku pernah melihat sebuah sticker yang menempel di bagian belakang bis yang membawa orang-orang kampungku yang baru pulang dari jakarta,sebuah pesan dari gubernurnya 'Selamat mudik,hati-hati dijalan dan sampai jumpa lagi di jakarta,inget,kalau mau bawa saudara kesini jangan yang cuma modal nekad aja ya,tapi juga yang punya kemampuan untuk di jual'
Lalu sekarang,ketika kami terdampar tak berdaya di tengah kota yang menyedihkan ini,kami tak tau apa yang harus kami lakukan,kami memang hanya modal nekad,kemampuan kami juga hanya mengurus pohon sawit,apa kemampuan itu bisa kami jual disini? sedangkan jangankan pohon sawit,pohon biasa pun sudah jarang,tak heran kota ini begitu panas seperti neraka.
Disaat-saat seperti ini,aku tetap merindukan ayahku,aku teringat kenangan indah ketika masa kecil dulu..dan sekarang dia hilang ntah kemana,aku yakin Tuhan tak tuli,dan aku juga yakin Tuhan tak pernah bosan mendengar doaku meminta agar ayah kembali..tapi kenapa dia tak kunjung kembali? aku tak tau,apa harus memaki karena dia pergi begitu saja meninggalkan kami,atau terus berdoa,mungkin saja sesuatu yang buruk terjadi padanya.
Ayah,kau dimana?
0 comments