Mimpi Pemimpi-N

by - April 18, 2013


Aku tidak menjamin setiap orang akan jatuh cinta ketika pertama kali tiba di tempat ini,tapi jika kau lihat ke arah utara sana,hamparan sawah hijau yang begitu luas,dengar irigasi yang begitu rapi sisa-sisa pembangunan jaman belanda dulu,sungguh begitu memanjakan mata..di malam hari,masih ke arah utara,kau akan di manjakan dengan kerlap-kerlip lampu kota yang indah..letak tempat ini yang tepat di lereng gunung slamet,atau berada di ketinggian  1.050 meter dari permukaan laut,membuat mata kita mampu menyusup ke setiap sudut kota yang berada di bawah sana,atau melihat mungilnya kapal-kapal yang sedang berlayar di laut utara.

Hanya perlu beberapa langkah untuk keluar pekarangan rumah dan kau akan menyaksikan geliat sang surya di pagi hari,menikmati belaian hangatnya yang dengan perlahan mengusir dinginnya udara pegunungan,jongkokan badanmu sedikit,pejamkan mata,lalu perlahan sapukan tanganmu pada rumput-rumput yang basah oleh embun dan jernih dan begitu segar itu..tengoklah ke arah selatan,nikmati hamparan bukit-bukit yang nampak gagah,dan burung-burung yang mulai muncul dan bernyanyi dari rimbun pepohonan disana.

Aku tidak sedang berlibur di tempat ini,tapi aku di lahirkan disini,inilah kampung halamanku..

Sebuah tempat,yang bisa membuatku lupa bahwa aku rakyat Indonesia,kedamaian yang di berikannya melebihi dari kedamaian yang ku dapatkan setelah menonton TVRI.

Jika di TVRI aku menyaksikan,bagaimana bangganya rakyat pada sang presiden,maka,disini aku menemukan orang-orang yang justru melupakan Presiden..saat di kota orang-orang disibukan dengan hingar bingar politik,menuntut banyak hal pada pemerintah,orang-orang disini dengan antengnya tetap telaten menggarap sepetak sawah mereka,meskipun dengan harga bibit dan pupuk yang melambung tinggi.

Di TVRI aku tersenyum bangga ketika di beritakan bagaimana suksesnya pemerintah menjalankan program BLT tepat sasaran,tapi aku lebih bangga,ketika orang-orang disini semakin giat merawat ternak-ternak mereka terutama sapi dan kerbau..bagaimana mereka bisa membajak sawah kalau tanpa sapi dan kerbau..diesel?? bahan bakarnya terlalu mahal,dan BLT? ah lupakan,yang mereka tau cuma ada sticker berbunyi 'kluarga miskin penerima BLT' menempel di pintu rumahnya,tapi uangnya sepeserpen tak mereka rasakan.

Mereka hanya tertawa,ketika mendengar dagelan tentang kacaunya penyelenggaraan UN,siapa perduli? Toh meskipun anak-anak mereka lulus SMA,ujung-ujungnya ke sawah juga,macul,maen lumpur,mandiin kebo..kuliah?? lupakaann..kau takan tau apa-apa kecuali teori jika yang kau lakukan hanya duduk di balik bangku sambil baca setumpuk buku..sinii..tak perlu jadi sarjana pertanian untuk bisa membajak sawah..kata mang akim pada anaknya yang merengek minta kuliah..

Kami begitu akrab dengan penderitaan,jika sampah saja bisa di daur ulang menjadi sebuah barang berharga dan mahal,maka,pun begitu dengan penderitaan,dari sekian banyaknya,kami meleburnya menjadi satu,dan menjadikannya kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang cukup untuk membuat kami merasa yakin bahwa dunia telah berjalan dengan wajar,semestinya..

Kami tak pernah perduli,Presiden kami yang sibuk dengar account twitter barunya,tak pernah perduli dia punya resep nasi goreng singkong yang lezat,kami tetap nikmat makan dengan ikan asin dan sambil terasi,anak-anak kecil disini tak pernah iri dengan cucu presiden yang akrab dengan kamera SLR,disini,gangsing dari kayu dan kelereng tetap menjadi favorit. tak pernah perduli dia yang bisa berkumpul dengan kluarganya setiap hari,dan berlibur stiap weekend,Bi narti,suaminya menjadi bang toyyib karena tiga 3 tahun tak pulang-pulang pun tak masalah,selama kiriman uang bulanan untuk membeli berasnya lancar..

Lalu,siapa yang sebenarnya beruntung? Sang presiden yang memiliki rakyat yang tak banyak menuntut seperti kami,atau justru kami?? yang bahkan tak pernah perduli dan menganggap negri ini cuma mimpi??

You May Also Like

0 comments