Powered by Blogger.

Just a Little Stories

sekedar caraku untuk mengerti apa itu hidup? untuk apa aku hidup? dan seperti apa aku menjalani hidup..

image by google ( Antara foto )


Baiklah, aku akan memulai ceritaku dari sini, dari bangku paling depan sebuah gerbong kereta, persis tepat di sebelah toilet yang memaksaku harus menikmati aroma pesing sepanjang perjalanan.

Di tengah kencangnya laju kereta, dari tempatku duduk aku bisa melihat pemandangan di luar sana, saat itu tepat pukul 03.00 pagi, saat sinar rembulan remang-remang menyinari hamparan padi siap panen di sawah-sawah sepanjang pesisir pantura. dengan sinar yang terbatas pula, sesekali aku menangkap siluet bangunan-bangunan yang sedang di bangun di tengah-tengah persawahan tersebut, dan nampak baliho-baliho besar bertuliskan 'Hunian nyaman, pesan dari sekarang sebelum kehabisan'

"Mungkin suatu saat nanti akan tiba masanya, dimana kita harus menanam padi di atas atap rumah kita sendiri kalo mau tetep bisa makan ya mas??" itu suara kakek-kakek di depanku yang baru bangun tidur yang melihatku sedang memperhatikan pemandangan di luar kereta.

" Eeee.. iya, kek.." Jawabku singkat dan fikiranku kembali melayang.

Benar, mungkin akan tiba saatnya kita tak punya lagi lahan untuk bercocok tanam, sebuah artikel menyebutkan, menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2010), terjadi penyusutan lahan pertanian sebesar 12.6 ribu hektare di pulau Jawa, sedangkan secara nasional lahan pertanian menyusut sebesar 27 ribu hektare.

Jika sekedar untuk pemukiman, kawasan industri, dll kenapa harus mengalih fungsikan lahan pertanian? kenapa tak cari lahan kurang subur seperti yang islam ajarkan??

Mungkin akan tiba saatnya juga ketika swasembada pangan hanya menjadi kenangan, oh tapi tak perlu menunggu nanti, bukankah sekarang pun sudah terjadi? dimana hampir 75 persen kebutuhan pangan dalam negeri kita dipenuhi dari impor. Jagung 11 persen, daging sapi 23 persen, garam 50 persen dan kedelai 70 persen. bahkan singkong pun kita impor, kan??

belum lagi hilang dari ingatanku, sebuah kabar yang menyebutkan bahwa 2 perusahaan asing Cina dan Malaysia akan menggarap sawah di Indonesia. jika benar, maka ini sungguh ironis, jika minyak dan pertambangan lainnya milik kita di invasi asing, mungkin masih wajar, tapi kali ini apa? Sawah?? Negara Agraris yang krisis pangan dan sawahnya di garap oleh negara lain.

Aku tiba-tiba terbayang 20 Tahun yang akan datang, kira-kira akan seperti apa?? Lahan pertanian kita habis, sumber daya alam ludes, sumber daya manusia pun kalah bersaing dengan SDM2 asing yang membanjiri Indonesia dengan adanya AFTA yang konon akan di berlakukan mulai 2015.

Lihatlah Cilegon, Daerah di ujung barat pulau jawa itu, konon sekarang sedang menghadapi perubahan besar dengan masuknya Industri Korea dan menggunakan tenaga kerja dari Negara Asalnya.

"Makanya, jadilah sumber daya yang berkualitas, jadi nggak takut bersaing."

Iya, tapi maaf, bukannya aku anti kemajuan, tak percaya diri, atau apapun itu, tapi kalau boleh berpendapat maka aku akan bilang ' Belum saatnya' Indonesia belum siap untuk persaingan tersebut, kita bahkan tak mempersiapkan diri. lihat saja, pemimpin kita bukannya sibuk mempersiapkan rakyatnya menghadapi persaingan yang sudah di depan mata, mereka justru sibuk merusak jengkal demi jengkal negeri ini. manusia-manusia pintar itu bukannya mendidik yang lainnya agar sama-sama menjadi berkualitas, justru membodohi. yang pintar membodohi, yang bodoh mati.

Ah ntahlah, kenapa aku jadi pusing memikirkan negara? padahal negara juga tak pernah memikirkanku...tapi tunggu dulu, aku tak memikirkan negara, tapi aku memikirkan diriku sendiri, dan teman juga saudara-saudaraku yang lainnya. karena mungkin aku gagal menjadi warga negara yang baik, aku juga gagal mewujudkan mimpi dan harapan-harapanku, tapi setidaknya aku tidak ingin gagal menjadi manusia, dan manusia gagal adalah yang tak perduli pada manusia lainnya.

Aku sudah disini, di peron 2 stasiun poncol semarang, menunggu jemputan sambil menikmati di tikam kesunyian. benar kata orang, jika kau ingin merasakan kesunyian yang sesungguhnya, pergilah ke stasiun, duduklah disana, lalu perasaan yang kau rasakan ketika perlahan kereta pergi meninggalkanmu sampai akhirnya benar-benar menghilang, itulah sunyi.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

                                     
                                                                    image by goggle


"Cerpen ini adalah terusan dari cerpen sebelumnya yang berjudul : Is This Love [OR] Pragmatism "

 

Ya, aku memang pernah berjanji, bahkan aku pernah mengajakmu lari.. tapi jika sekarang aku harus jujur, itu sekedar usahaku untuk mencoba menutupi keraguanku sendiri..

Maafkan jika aku sedikit egosentris, tapi bukankah Sudjiwo Tedjo budayawan idolamu itu pernah berkata " Wanita memang suka es krim dan coklat, tapi mereka lebih suka kepastian.." ini bukan justifikasi atas apa yang telah aku lakukan, tapi aku harap kamu bisa mengerti..

Bukan aku tak percaya bahwa kamu juga bisa sukses, tapi aku hanya tak bisa menunggu lebih lama lagi.. " Sayang, sukses itu proses, bukan pencapaian, ketika kita bisa menjalani hidup dengan penuh rasa syukur dan puas atas apa-apa yang Tuhan telah tentukan, itulah sukses " Katamu sesekali waktu padaku.. dan ya, aku setuju, aku hanya mulai berfikir bahwa Cintamu mungkin cukup mampu untuk membuatku bertahan hidup, tapi menikah bukan hanya soal bercinta, karenanya aku memutuskan untuk memilih laki-laki lain, maaf..

Kau juga bilang " Dunia adalah arena persaingan, sedikit saja langkahmu berhenti, itu artinya kau harus merelakan apa yang kau cintai " dan ketika kau tak kunjung datang kerumah pada hari-hari dimana aku selalu mendapatkan tekanan dari keluargaku untuk segera meninggalkanmu, keraguanmu mulai lahir, tumbuh dan menjulang..

Terdengar suara Bob Marley bernyanyi malu-malu dari headset yang ku kenakan..

So don't treat me like a puppet on a string,
'Cause I know I have to do my thing.
Don't talk to me as if you think I'm dumb;
I wanna know when you're gonna come - soon.
I don't wanna wait in vain for your love;


itu adalah lirik lagu Waiting In Vain yang dulu kau nyanyikan ketika sedang mendekatiku, dan lagu itu pula yang menjadi acuanku untuk meninggalkanmu, maaf..

Ku harap kau tak pernah membenciku, bukankah kau pernah bilang " Tak ada manusia yang salah, yang ada hanya kesalahan, bencilah perbuatannya, tapi jangan benci manusianya..".
Aku merindukanmu, seseorang yang mengajariku banyak hal tentang kehidupan, tentang konsekuensi dari segala hal yang telah kita putuskan.

Aku rindu, saat-saat dimana kau dengan penuh semangat menceritakan kisah demi kisah pewayangan padaku.. kau pernah menjulukiku Surtikanti ketika pada satu kesempatan aku mengajakmu kawin lari..kau juga pernah bilang "Jika pada akhirnya kau menikah dengan orang lain, jadilah Banowati, yang cintanya hanya untuk Arjuna, meskipun telah bersuamikan Duryudana, dan aku adalah Arjuna, yang tak perduli dia menikmati senyum dan wangimu, karena aku tahu, hatimu sudah milikku.."

tiba-tiba lamunanku di kagetkan oleh suara seseorang yang memanggil namaku..

"Ibu Senja.."

" Yaa.." Jawabku seraya bangkit dari bangku di ruang tunggu ini, semoga hasil check up menunjukan jika janin di rahimku ini sehat dan baik-baik saja.. dan jika dia lahir kelak, aku akan memberinya nama seperti namamu..

" Langit "

Bekasi, 09 - November - 2013 , di tulis sambil gigit spidol pada pukul setengah sembilan pagi. :D

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
image by google

"kita harus berjuang, kamu mau, kan?." Katanya sembari menggenggam erat tanganku. "Aku nggak mau semua yang udah kita lewatin bareng-bareng sia-sia gitu aja, aku nggak mau semuanya cuma jadi kenangan" katanya lagi ketika aku baru saja hendak menganggukan kepala..

"Pasti.!" kataku mantap..

Aku tak pernah mengenal kata menyerah, jika sesekali aku berhenti melangkah,itu bukan menyerah, tapi itu ikhlas, dan kata pidibaiq ikhlas adalah membiarkan diri tenang, sedangkan menyerah membiarkan diri kalah..

Pada tetes terakhir dari 2 pitcher beer yang telah aku habiskan ini, tiba-tiba aku teringat kata-katanya di kesempatan yang lain " Jika pada akhirnya kita tetap tak mendapatkan restu, aku mau kok kamu bawa kabur " dan itu membuatku teringat pada kisah cinta Basukarna dan Surtikanti dalam pewayangan..iya, dia merelakan dirinya di culik oleh Basukarna pada hari pernikahannya dengan Duryudana lelaki pilihan ayahnya, dia tak lagi memperdulikan restu orang tua, baginya, cintanya pada Basukarna adalah restu dari Tuhan dalam bentuk yang lain, dan itu lebih penting dari restu siapapun.
Barangkali, kita tak perlu menjadi seperti mereka, melawan apapun demi bisa menua bersama, kita hanya butuh kesiapan untuk merelakan apa-apa yang memang seharusnya kita lepaskan..

" Kamu kok ngomong gitu?? kamu pesimis? kamu nggak mau memperjuangkan cinta kita?? " katanya penuh emosi ketika aku mencoba menjelaskan bahwa dalam hidup tak segalanya bisa kita genggam.

Aku tersenyum kecil ketika hembusan angin malam menyapu lembut wajahku, dan gelas itu benar-benar telah kering, mungkin ini saatnya aku keluar dari cafe ini, berhenti hanyut dari bayang-bayang kenangan masa lalu, kenangan tentang kamu yang mungkin sekarang sedang bercinta dengan suamimu, seorang laki-laki yang membuatmu akhirnya meninggalkan ku dan mengingkari janji yang dulu kau katakan sendiri.

dan Aku pun telah setuju, dengan Rendra yang bilang " Perempuan bagai belut, meski tlah kau kenali segala lekuk liku tubuhnya, sukmanya selalu luput dari genggaman-" yaa, bahkan kau luput dari janji dan keyakinanmu sendiri.

Terdengar alunan lagu Bob Marley dari band yang sedang live di depan sana ketika aku hampir saya terhuyung jatuh saat mencoba bangkit untuk meninggalkan cafe ini..

I wanna love you and treat you right;
I wanna love you every day and every night:We'll be together with a roof right over our heads;
We'll share the shelter of my single bed;
We'll share the same room, yeah! - for Jah provide the bread.
Is this love - is this love - is this love -
Is this love that I'm feelin'?
Is this love - is this love - is this love -
Is this love that I'm feelin'?
I wanna know - wanna know - wanna know now!
I got to know - got to know - got to know now!
Dan lagi, aku kembali tersenyum kecil, aku tak ingin lagi mencintaimu setiap hari, aku hanya mencintaimu kemarin, karena dunia tak pernah mengenal kata 'selamanya', aku pun tak pernah punya alasan kenapa setiap malam tetes demi tetes beer selalu membawa ingatanku kepadamu, padahal kau telah satu atap dan berbagi tempat tidur dengan laki-laki lain..
Is this love??

Ntahlah, barangkali benar, Cinta lebih mudah dirasakan daripada harus dimengerti, itulah mungkin mengapa lebih butuh balasan daripada alasan.

dan aku pun teringat kata-kata terakhir Basukarna dalam surat yang di tulisnya untuk Surtikanti Istrinya sebelum tewas dalam perang baratayudha 'Satu-satunya kesedihanku ialah bahwa aku tak akan lagi bisa memandangmu, ketika kau memandangku.'

Semoga kau bahagia, kekasih..

Bekasi, 08-november-2013, di tulis pake hp sambil ngepel dan senang pukul 17.15



Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Image By Google

Siapakah gerangan itu?? seorang pemuda yang tersungkur tak berdaya, tewas di bunuh Rahwana. jelas dia bukan orang biasa, karena mampu mengimbangi Rahwana begitu lama walaupun pada akhirnya dia harus terbunuh, baiklah, perkenalkan, dialah Bambang Sumantri, seorang ksatria dari Maespati yang  hebat, cerdas, penuh tanggung jawab. Seorang pemuda ambisius yang tak segan mengorbankan segalanya demi bertanggung jawab atas apa yang telah di sanggupinya. Saat tubuhnya Hancur di cabik-cabik Rahwana, jiwanya melayang pelan menuju Nirwana di Gerbangnya telah menunggu seseorang, Sukrasana, adik tercinta yang dulu di bunuhnya.

Beberapa Tahun sebelum hal itu terjadi..

 Sumantri dan Sukrasana adalah kakak beradik yang tak terpisahkan, hidup bersama saling menyayangi dan melengkapi. secara fisik mereka jauh berbeda, Sumantri yang seorang pemuda sempurna, tampan lagi menawan, sementara Sukrasana adalah seorang raksasa bajang,  cebol, buruk rupa bahkan cenderung menakutkan. tapi dalam hal kesaktian dan kebijaksanaan Sukrasana yang raksasa buruk rupa itu satu tingkat di Atas kakaknya Sumantri.

Layaknya Manusia pada umumnya, Sumantri juga punya mimpi, punya cita-cita, maka di putuskannya lah untuk pergi merantau ke kota raja, tapi dia tak ingin membawa adiknya.difikirannya adiknya yang buruk rupa itu hanya akan menjadi beban dan penghalang karirnya kelak. maka di pagi yang belum sempurna itu, saat matahari bahkan belum menunjukan dirinya, Sumantri pergi meninggalkan adiknya yang sedang tertidur lelap.. "Aku pergi, adikku, maafkan aku.." Batinnya kala itu.

Sumantri bukan pemuda sembarangan, selain sakti dia juga berbakat, maka tak heran jika karirnya berkembang pesat, dia berhasil menduduki posisi penting di kerayaan Maespati, dalam suatu pertempuran, dia berhasil membebaskan Negeri Magada dari kepungan pasukan Widarba. dia menang telak. pasukannya membawa banyak tawanan dan rampasan. tapi kemenangan membuat Sumantri lupa diri. bukannya segera pulang. Di perbatasan, dia justru mengirim surat ke Maespati dan menantang Rajanya sendiri Harjuna Sasrabahu perang tanding.kesombongannya tiba-tiba melonjak. Juga keraguan akan kekuatan dan kesaktian sang raja.

Barangkali dia sekedar ingin menjajal kesaktian sang Raja, atau dia hanya sedang mabuk kemenangan?? Apapun itu nyatanya pada akhirnya dia kalah telak oleh Prabu Harjuna Sasrabahu, dan beruntung dia tak di hukum mati atas perbuatan makarnya. sebagai hukuman dia hanya di tugaskan untuk memindahkan taman Sriwedari dari Kahyangan ke Istana. Sebuah tugas yang tak main-main bahkan nyaris mustahil.

Sumantri Hampir saja Putus asa jika saja saat itu adiknya Sukrasana tak tiba-tiba datang, dengan kesaktian yang ia miliki, dengan mudah dia bisa membantu kakaknya menyelesaikan tugas itu, Taman Sriwedari berhasil di pindahkan dari Kahyangan, bahkan tak ada sehelai daun kuning pun yang ketinggalan.

Kisah berakhir dan Happy ending?? No.. Hidup punya garis dan ketentuannya sendiri.. Ketika Citrawati permaisuri Raja itu sedang menikmati keindahan taman Sriwedari tiba-tiba Sukrasana muncul, sontak sang Permaisuri kaget dan ketakutan melihat Raksasa kerdil dan buruk rupa tersebut. Sumantri malu dan meminta adiknya untuk segera pergi, Tapi Sukrasana menolak. Sumantri yang kehabisan cara merentangkan anak panah, di bidikan ke arah Sukrasana dengan maksud menakut-nakuti, tapi apa daya, nasib berkata lain, panah terlepas dan tepat mengenai dada Sukrasana, Sukrasana Tewas di tangan kakaknya, ntah sengaja atau tidak tapi nyatanya dia tewas di tangan orang yg paling dia sayangi.

Di masa sekarang, kita mungkin bertanya, manusia macam apa Sumantri ini?? Satu sisi dia cerdas, bertanggung jawab dan di sisi lainnya dia seperti tak punya hati nurani.

Barangkali tak hanya di dunia wayang, di dunia nyata kita sekarang ini pun kita akan dengan mudah menemukan manusia-manusia seperti ini, bahkan bisa jadi kita salah satunya. Manusia Oportunis yang hanya mau memanfaatkan orang lain kemudian mencampakannya begitu saja ketika tak lagi membutuhkan.

Dalang ki Nanang Hape pernah berkata : "wayang mengalir di darahmu. Sayat sedikit hidupmu, nanti akan tahu" sekarang coba kau sayat sedikit, kemudian apa yang kau temui, siapakah dirimu?? Sumantri atau Sukrasana kah dirimu??  kau yang sering mengorbankan orang lain, atau justru kau sendiri yang sering di korbankan??

Tapi pada akhirnya, siapapun kamu, kerelaan menerima peran serta takdir yang telah Tuhan tentukanlah yang akan membuatmu menjadi lakonnya. Salam.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
image by google


Semalem gue seneng banget nonton timnas U-19 menang 4-0 lawan Laos, meskipun maennya nggak sebagus biasanya tapi seenggaknya kemenangan tersebut cukup untuk bikin rakyat Indonesia termasuk gue bersorak gembira dan lupa akan segala carut-marut serta kebobrokan yang sedang terjadi di Negeri ini.

Ngomongin masalah negara yang lagi anget-anget pup kucing sekarang adalah soal kasus suap hakim MK. ( kenapa gue sebut anget-anget pup kucing? karena kasus-kasus korupsi ramenya biasanya sebentar doang ntar ujung-ujungnya ilang tanpa ada kejelasan lebih lanjut, kalaupun ada paling berita tentang Vonis super ringan yang di terima si tersangka.) siang-malem semua media memberitakan Hal ini. TVRI doang yang nggak. dan membuat rakyat jelata kaya gue makin pesimis aja tinggal di negeri yang katanya sedang berkembang ini. dari dulu kasus korupsi nggak beres-beres, Lembaga Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatifnya smua korupsi, kasus korupsi anggota DPR belum selesai, ehh Menteri-Menterinya ikut keciduk juga, dari kasus pembangunan sampe kasus daging sapi, kementrian belum beres sekarang Hakimnya keciduk juga, terus ke siapa lagi coba kita harus berharap?? Presiden?? Hmm.. gue sungguh prihatin..*eh itu bukan kata-kata gue yak..hehe*

Ngomongin Presiden itu artinya kita lagi ngomongin pemimpin tertinggi sebuah negara, Raja.. dan sebagai seseorang yang menyukai wayang, gue pengin share sebuah pelajaran yang gue dapet dari wayang tentang kepemimpinan ini, tentang syarat-syarat menjadi pemimpin, sifat-sifat atau perilaku yang harus di miliki dan dilakukan oleh seorang Raja, dan bukankah setiap kita adalah Raja?? Pemimpin, Seperti Sabda Rasulullah SAW : "Setiap kalian adalah pemimpin, setiap kamu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang raja yang mengurus keadaan rakyat adalah pemimpin. Ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang rakyatnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin terhadap keluarganya di rumahnya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya. Ia akan diminta pertanggungjawaban tentang hal mereka itu. Seorang hamba adalah pemimpin terhadap harta benda tuannya, ia kan diminta pertanggungjawaban tentang harta tuannya. Ketahuilah, kamu semua adalah pemimpin dan semua akan diminta pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya" jadi apa yang akan gue share di bawah ini bukan cuma harus di miliki oleh
Presiden, tapi juga buat diri kita sendiri, buat gue, buat lo, dan buat siapapun.

Dalam wayang, ada lakon yang di sebut lakon Makutharama atau Hasthabrata, Makutharama merupakan gabungan dari 2 kata yaitu Makutha dan Rama.. ”Makutha” artinya mahkota yang merupakan kelengkapan busana kebesaran seorang raja, sedangkan ”Rama” yang dimaksud adalah Prabu Rama Wijaya suaminya Shinta raja Ayodya. Jadi Makutharama bisa diartikan sebagai watak yang harus dimiliki oleh seorang raja mencontoh apa yang udah dilakukan oleh Prabu Rama. Sedangkan Hasthabrata juga merupakan gabungan dari 2 kata yaitu Hastha dan Brata.. ”Hastha” adalah delapan, ”Brata” itu perilaku. jadi Hastha brata bisa secara bebas diartikan 8 perilaku yang harus disandang dan dilaksanakan, oleh para Raja dan seyogyanya oleh kita juga.

Sifat pertama, seorang pemimpin harus mempunyai sifat seperti Matahari.. lho? panas dong?? Enggak, Enggak,maksud dari sifat matahari tersebut adalah seorang pemimpin harus mempu menyinari, menghidupi, dan hanya memberi tak harap kembali.  bagai sang surya menyinari dunia

Sifat kedua yang harus di miliki seorang pemimpin adalah Seperti bulan, Lembut, hangat, dan selalu memberi harapan.

Sifat ketiga, seperti Bintang, mampu menghiasi, dan menunjukan arah.

Keempat, Seperti Awan, memberi kesejukan, menaungi, lalu menurunkan hujan, membuat tanah menjadi subur. mampu membuat rakyatnya produktif.

Sifat kelima, seorang pemimpin harus seperti Api, sekali menyala nggak pandang bulu, mau anaknya, mau kader partainya, kalo korupsi ya bakarrr..gitu harusnya..hehe tegas,waspada, hati-hati dan nggak lupa diri.

Keenam, Seorang pemimpin harus seperti Bumi, yang selalu mengembalikan lebih, benih jadi buah. kuat, dan nggak pernah mengeluh seberat apapun beban yang dia pikul, jadi pemimpin itu seyogyanya nggak kebanyakan curhat sambil bilang prihatin doang..hehe 

Tujuh, seorang pemimpin harus seperti Air, merendah, mengalir dan menghidupi, kalo hobinya Pamer gimana mewah kehidupan keluarganya di twitter sementara rakyatnya masih banyak yang kesusahan sih bukan merendah namanya..hehehe

Terakhir atau yang kedelapan, seorang pemimpin harus seperti angin,  yang mengisi ruang kosong, merengkuh segala arah, termasuk yang pinggir, terkucil, bahkan terusir. adilll.. 

Kurang lebih itulah yang di sebut Makutharama atau Hastabrata,Delapan Sifat yang harus di miliki seorang pemimpin dalam pewayangan, yang pastinya bakal berguna banget kalau di terapkan di kehidupan nyata. gue tau nggak gampang untuk melakukan hal-hal di atas, lagi pula memimpin diri sendiri aja kadang kita gelimpungan apalagi menjadi Presiden yang harus mengurusi jutaan Rakyat dengan jenis permasalahan yang bermacem-macem pula, tapi nggak ada salahnya kan sedikit berusaha, semesta menawarkan banyak hal, banyak pelajaran,buat gue, buat lo, dan buat siapapun, mari kita mulai, dari diri kita sendiri, mari kita coba, bersama-sama, salam :D
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
image by google

WARNING..!! TULISAN INI CUMA BUAT LO YANG UDAH CUKUP DEWASA, ANAK KECIL DI LARANG BACA..!!

Akhir-akhir ini gue lagi di pusingkan oleh adek gue yang nggak kunjung di bolehin kerja sama bokap..padahal gue tau setelah lulus sekolah 2 Tahun lalu dia udah pengin banget kerja,nyari duit dan nggak cuma ngabisin waktu buat lontang-lantung doang di rumah..

Tapi apa daya, sepertinya bokap gue masih nganggep adek gue ini sebagai anak kecil yang belum bisa apa-apa, yang masih perlu untuk selalu di bimbing, dan belum waktunya untuk memutuskan segalanya sendiri, padahal umurnya hampir 21 Tahun.

Gue jadi inget 7 Tahun lalu, waktu itu umur gue 16 Tahun, ketika gue memutuskan untuk berhenti menuntut ilmu dan gue pengin kerja. terjadi keributan besar di rumah. orang tua mana yang rela melihat anaknya yang bahkan belum punya KTP memutuskan berhenti sekolah dan malah memilih panas-panasan jadi kuli bangunan? di tambah waktu itu gue menolak tawaran beasiswa untuk belajar ke Ma’had Darul ‘Ulum Zakaria, di Johannesburg, Afrika Selatan, jelas itu bukan Hal sepele buat bokap, di matanya, dan mata kebanyakan orang pada saat itu mungkin gue gila, stress, aneh atau apalah namanya, di suruh belajar enak2 nggak mau malah milih kerja jadi kuli. tapi itulah yang di sebut pilihan hidup, jiwa labil khas anak baru gede yang bawaannya pengin selalu memberontak di tambah rasa muak akan atmosfer ruang belajar, membuat gue pengin hidup ini terasa lebih nyata, dengan memutuskan semuanya sendiri, lagian gue mungkin akan lebih durhaka kalo gue nurut buat ke Afrika tapi gue nggak belajar secara maksimal disana, gue cuma main2 dan nggak serius, itu artinya gue udah ngebohongin mereka, dan pada akhirnya cepat atau lambat gue pasti mengecewakan mereka. makanya gue memilih untuk memperjuangkan secara jujur apa yang gue inginkan. walaupun pada akhirnya untuk beberapa saat gue harus menjadi musuh buat bokap gue, di cap anak durhaka mungkin pada waktu itu dan beberapa kali gue kabur dari rumah.

Kasus-kasus seperti ini mungkin banyak terjadi, termasuk sama elo2 yang nggak sengaja baca tulisan ini, kalian mungkin sedang mengalami hal yang sama dimana kalian nggak bisa mengambil alih sepenuhnya hidup kalian, dimana segala hal dalam hidup kalian di putuskan oleh orang lain.

Satu Hal yang harus kita tau, orang lain mungkin pengen yang terbaik untuk kita, tapi kita sendirilah yang tau mana yang terbaik untuk diri kita sendiri.

Pada kasus adek gue di atas, dia nggak berani buat melangkah maju, bokap gue penginnya adek gue dapet kerja yang enak dan sesuai bidang yang dia kuasai, tapi nyatanya selama 2 tahun kerjaan itu nggak kunjung dia dapatkan, menurut gue sekarang saatnya adek gue maju dan bilang  'Mari kita coba dengan cara lain, dengan caraku..' dimana adek gue pengin kerja apa aja..

Kadang orang tua cuma ragu, dan kita cuma perlu membuktikan bahwa kita akan baik-baik aja dengan apa yang kita pilih, setelah mereka melihat itu, mereka juga bakal ngerti kok.. sama ketika gue dulu kabur ke jakarta buat ikut proyek bangunan, setelah 3 bulan gue pulang, gue sehat, gue happy, setelah itu akhirnya gue di biarin buat kerja, buat melangkah di jalan yang gue pilih sendiri.

Coba itung, seberapa sering keinginan lo berlawanan dengan keinginan orang tua lo? atau keluarga lo?? 
sesekali kita perlu memberontak, mengambil alih secara penuh hidup kita sendiri, dan buktikan bahwa kita mampu, kita bisa..gue nggak ngajarin buat ngelawan orang tua, coba nurut sama orang tua, tapi ketika cara mereka udah jelas-jelas nggak berhasil, coba tawarkan opsi, nah cara menawarkan opsi ini yang macem-macem caranya, gue bener-bener nggak menyarankan buat melawan orang tua, memberontak ataupun mengikuti cara yang gue tempuh, sebisa mungkin nurutlah sama mereka, tapi kalo emang lo bener-bener nggak bisa nurutin apa yang mereka mau coba cari cara lain, ajak diskusi baik-baik, kasih alasan-alasan yang masuk akal dan bisa di mengerti, gue yakin ntar juga orang tua ngerti. 

Ketika lo ngerasa nggak nyaman akan sesuatu, jangan diem aja... ridhallah fi rihdal walidain.. Ridha Allah ada pada Ridha orang tua, tapi orang tua juga manusia yang kadang bisa salah, itulah gunanya kita sebagai anak untuk saling mengingatkan dan memberi masukan. ketika keinginan lo bertentangan dengan keinginan orang tua, jangan melawan mereka, tapi kasih pemahaman lebih banyak kepada mereka.

Dan pada akhirnya, Hidup ini mudah, ambil keputusan dan jangan pernah menyesalinya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Image By Google

Jadi gini..Tadi ada temen curhat ke gue, katanya pusing banyak masalah. dia bilang " Rasanya Gue pengin mati aja kalo begini terus, ninggalin dunia dengan segala tai kebonya dan menuju alam akhirat dengan bahagia," katanya..Gue nggak nasihatin dia, karena gue tau terlepas dari benar atau salah ada saat-saat tertentu dalam hidup ini dimana kita berada di titik terendah dan merasa seakan nggak mampu buat bangkit lagi walaupun sebenernya bisa. karena gue juga pernah menjadi labil gitu .

Setelah itu gue mikir, hidup emang nggak gampang, nggak buat siapapun. cuma Alam kan emang seimbang,  Hitam tercipta agar putih tak sia2, sakit tercipta agar kita tau nikmatnya bahagia.

Untuk terlahir di dunia manusia melewati proses yang begitu panjang, mulai dari 1 Sperma yang harus bersaing dengan 300 juta sperma lainnya untuk bisa bertemu dengan sel telur, hidup dalam kandungan, lahir, dan pada saatnya nanti tanpa di minta pun kita akan mati. iyaa, gue rasa semua ini hanya tentang berproses, bahkan hidup ini pun adalah bagian dari proses. The Panas Dalam dalam lagunya yang berjudul introspeksi berujar " Hidup adalah waktu tersisa,Diisi sebelum kalah". 

Dalang Ki Nanang Hape juga bilang "Peristiwa biasa untuk orang biasa. Peristiwa besar untuk mereka yang sanggup jadi besar." lalu kenapa nggak kita coba aja buat anggep segala rasa sakit yang sedang kita rasain ini juga bagian dari proses? anggaplah kita ini kepompong yang sedang berjuang untuk menjadi kupu-kupu, karena di dunia ini nggak ada yang benar-benar berhenti, segalanya bergerak, segalanya berubah.. bahkan kebahagiaan pun adalah proses, bukankah ketika rayap mulai tumbuh sayap,dia justru sedang dan akan segera mati??..iya, membingungkan memang, tapi kita nggak perlu kaget karena dunia ini adalah kumpulan keping demi keping paradoks, makanya orang tua kerap berpesan, Ojo Gumunan, Ojo kagetan, Eling lan waspodo.. Berhati-hatilah..

Dan pada akhirnya hidup hanya tentang bagaimana kita akan kembali, apakah dengan baik-baik, meninggalkan hal yg baik-baik dan membawa yg baik-baik?? Semoga..
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About Me

My photo
Moezaki Irkham
I'm forever blowing bubbles
View my complete profile

recent posts

Blog Archive

  • ▼  2022 (2)
    • ▼  April (2)
      • Rasio Tuhan
      • EKPRESIONISME HIDUP ALA ABU KILABAH AL JARMI
  • ►  2021 (1)
    • ►  September (1)
  • ►  2020 (1)
    • ►  June (1)
  • ►  2019 (4)
    • ►  April (4)
  • ►  2018 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2017 (1)
    • ►  October (1)
  • ►  2015 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2014 (3)
    • ►  September (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2013 (33)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (3)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2012 (48)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (6)
    • ►  August (1)
    • ►  July (8)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (3)
    • ►  March (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2011 (59)
    • ►  December (3)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (8)
    • ►  July (4)
    • ►  June (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (9)
    • ►  February (9)
    • ►  January (8)
  • ►  2010 (48)
    • ►  December (3)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  August (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (15)
    • ►  January (11)
  • ►  2009 (61)
    • ►  August (23)
    • ►  June (20)
    • ►  May (18)

Contact Form

Name

Email *

Message *

Created with by ThemeXpose | Copy Blogger Themes